JAKARTA - Ketidakpastian geopolitik dan tekanan ekonomi global kembali membawa mata uang Yen Jepang dalam posisi defensif. Nilai tukar Yen terhadap Dolar AS terus menunjukkan pelemahan, mendorong pasangan USD/JPY melampaui level psikologis 145 dalam perdagangan di kawasan Asia. Tren ini mempertegas dominasi Dolar yang tetap tangguh di tengah antisipasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dan kebijakan yang belum agresif dari Bank of Japan (BoJ).
Tekanan terhadap Yen tak hanya datang dari luar negeri. Dari dalam negeri, data makroekonomi menunjukkan indikasi melemahnya daya beli masyarakat Jepang. Dalam laporan terbaru, tercatat bahwa upah riil di Jepang turun selama lima bulan berturut-turut, dengan kecepatan penurunan tercepat dalam hampir dua tahun terakhir. Hal ini memperkuat sinyal bahwa sektor konsumen tengah menghadapi tantangan berat.
Berdasarkan data pemerintah, upah nominal di Jepang naik 1% secara tahunan pada Mei, menandai perlambatan selama tiga bulan berturut-turut dan menjadi pertumbuhan terlemah sejak Maret tahun sebelumnya. Salah satu penyebab utama perlambatan ini adalah penurunan signifikan pada pembayaran bonus khusus sebesar 18,7%. Akibatnya, ketika disesuaikan dengan inflasi, upah riil merosot 2,9%, jauh lebih dalam dibanding penurunan 2,0% bulan sebelumnya.
Sementara itu, inflasi tetap tinggi, dengan tingkat inflasi konsumen yang digunakan untuk menghitung upah riil naik 4,0%. Gap antara kenaikan inflasi dan stagnasi upah membuat masyarakat Jepang menghadapi tekanan konsumsi, yang berdampak langsung pada prospek pemulihan ekonomi secara menyeluruh.
Trump dan Tarif: Sumber Ketidakpastian Baru
Kondisi ini diperparah oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang kembali mengancam akan memberlakukan tarif baru terhadap Jepang. Ia menuding Jepang tidak mau membeli produk pertanian AS, terutama beras. Ketegangan perdagangan ini menambah lapisan ketidakpastian yang bisa berdampak terhadap performa korporasi Jepang dan menekan ekspektasi kenaikan upah.
Situasi geopolitik yang memanas juga menambah kompleksitas dinamika pasar. Militer Israel baru-baru ini melancarkan serangan terhadap pelabuhan dan infrastruktur di Yaman, sebagai respons terhadap tindakan kelompok Houthi. Ketegangan ini biasanya mendorong arus investasi ke aset safe haven seperti Yen, tetapi efeknya kali ini tidak terlalu besar karena kelemahan fundamental di dalam negeri.
BoJ Hadapi Dilema Kebijakan
Bank of Japan kini menghadapi dilema besar. Di satu sisi, ekspektasi pasar masih menilai BoJ akan menaikkan suku bunga lagi, yang biasanya akan memperkuat Yen. Namun, data-data ekonomi terbaru justru menambah beban untuk menormalkan kebijakan moneter lebih agresif.
Analis memperkirakan bahwa kenaikan lebih lanjut USD/JPY akan dijadikan peluang jual oleh pasar, mengingat kekuatan fundamental Dolar bisa terbatas dalam jangka pendek. Ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga justru bisa memberikan ruang pemulihan bagi Yen, meskipun belum cukup kuat untuk membalikkan tren bearish saat ini.
Faktanya, peluang pemangkasan suku bunga The Fed mencapai lebih dari 70% pada bulan September, dengan prediksi dua kali penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun. Pelaku pasar kini menanti rilis risalah rapat FOMC untuk petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan Fed dan pengaruhnya terhadap Dolar.
Proyeksi Teknis USD/JPY
Secara teknikal, momentum USD/JPY terus menguat setelah menembus area resistance penting di 144,65–144,70 — yang merupakan gabungan dari Simple Moving Average (SMA) 100 periode pada grafik 4 jam dan level Fibonacci retracement 38,2% dari tren penurunan Juni–Juli. Jika tren naik ini bertahan, harga spot dapat menguji zona penawaran jual di 145,25–145,30.
Apabila zona ini dapat ditembus dengan kuat, maka terbuka potensi untuk menguji level psikologis 146,00, yang juga merupakan level Fibonacci retracement 61,8%. Namun, jika terjadi pembalikan arah, support pertama berada di sekitar 144,20, lalu 144,00, dan akhirnya 143,00–142,65 yang merupakan level terendah dalam sebulan terakhir.
Yen Masih Tertekan, Tapi Potensi Rebound Terbuka
Meskipun performa Yen dalam jangka pendek masih lesu, kondisi ini bukan tanpa potensi pemulihan. Jika BoJ berhasil mendorong reformasi kebijakan atau jika data ekonomi Jepang membaik, kepercayaan terhadap mata uang ini bisa kembali.
Selain itu, ketidakpastian arah suku bunga The Fed juga dapat menjadi peluang bagi Yen untuk mencuri momentum. Namun, selama ketidakpastian ekonomi dan tekanan geopolitik belum mereda, kekuatan Dolar diperkirakan masih akan mendominasi dinamika pasangan USD/JPY.