OPEC Siapkan Strategi Baru di Tengah Tekanan Harga Minyak

Kamis, 04 September 2025 | 09:57:41 WIB
OPEC Siapkan Strategi Baru di Tengah Tekanan Harga Minyak

JAKARTA - Pergerakan harga minyak global kembali menunjukkan volatilitas tinggi menjelang pertemuan penting negara produsen OPEC+. Harga komoditas energi itu melemah lebih dari 2 persen, memicu perhatian pelaku pasar terhadap arah kebijakan produksi yang akan dibahas aliansi tersebut dalam waktu dekat.

Penurunan harga terjadi pada minyak Brent yang terkoreksi sebesar USD 1,47 atau 2,13 persen menjadi USD 67,67 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok USD 1,58 atau 2,41 persen sehingga berada di posisi USD 64,01 per barel. Angka ini menandai pelemahan signifikan setelah sebelumnya harga sempat menguat akibat eskalasi perang Ukraina.

Fokus Pasar Tertuju pada Keputusan OPEC+

Pelemahan harga minyak dunia tersebut tidak bisa dilepaskan dari ekspektasi pasar terhadap langkah OPEC+. Delapan negara anggota aliansi, yang menyumbang hampir separuh produksi minyak global, dikabarkan tengah mempertimbangkan opsi untuk kembali meningkatkan target produksi pada Oktober mendatang.

Jika langkah ini benar dilakukan, maka OPEC+ akan mempercepat penghentian pemangkasan produksi tahap kedua yang mencapai 1,65 juta barel per hari atau setara 1,6 persen permintaan dunia. Semula, pengurangan tersebut dijadwalkan berlangsung lebih dari satu tahun ke depan.

Sejak April hingga September, kelompok ini sudah berkomitmen menaikkan target produksi sekitar 2,2 juta barel per hari, termasuk tambahan kuota 300 ribu barel per hari untuk Uni Emirat Arab (UEA). Namun, realisasi di lapangan belum maksimal karena sejumlah anggota masih harus mengompensasi kelebihan produksi sebelumnya, sementara sebagian lainnya terbentur keterbatasan kapasitas produksi.

Faktor Geopolitik Memperkeruh Pasar

Selain menanti arah kebijakan OPEC+, pasar energi juga masih dihantui ketidakpastian geopolitik, terutama konflik Rusia-Ukraina. Dalam beberapa pekan terakhir, serangan drone Ukraina telah melumpuhkan sejumlah fasilitas penting Rusia yang mencakup setidaknya 17 persen kapasitas pemrosesan minyak negara tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bahkan menyatakan komitmennya untuk melancarkan serangan tambahan terhadap Rusia. Sementara itu, upaya Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk mendorong gencatan senjata belum menunjukkan perkembangan berarti.

Situasi tersebut membuat pasokan minyak global berpotensi terganggu, meski ironisnya harga justru melemah akibat ekspektasi peningkatan produksi dari OPEC+.

Tekanan Tambahan dari AS terhadap India

Di sisi lain, dinamika perdagangan juga memberi pengaruh pada sentimen pasar. Pemerintah AS menambahkan bea masuk atas sejumlah produk India, dengan alasan New Delhi masih terus membeli minyak mentah dari Rusia. Langkah ini memicu ketegangan baru setelah India menyebut kebijakan tersebut tidak adil dan tidak masuk akal.

Presiden AS Donald Trump bahkan kembali mengkritik hubungan dagang dengan India sebagai “bencana sepihak”. Meski demikian, Washington sejauh ini belum mengambil langkah serupa terhadap Tiongkok, yang justru menjadi importir minyak terbesar dunia sekaligus pembeli utama minyak Rusia sejak sanksi G7 diberlakukan.

Sebagai catatan, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Tiongkok Xi Jinping, dan Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu dalam KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Pertemuan itu dianggap sebagai sinyal persatuan negara-negara Selatan menghadapi tekanan negara Barat.

Analis Perkirakan OPEC+ Tetap Tahan Produksi

Menjelang rapat yang dijadwalkan berlangsung 7 September, banyak analis menilai OPEC+ kemungkinan besar tidak akan terburu-buru mengubah kebijakan produksi. Beberapa pihak memperkirakan aliansi tersebut akan mempertahankan tingkat produksi pada Oktober, meskipun surplus pasokan global masih menjadi ancaman tahun depan.

“Kami yakin, seperti pasar secara umum, bahwa grup ini akan mempertahankan tingkat produksi untuk bulan Oktober,” ujar seorang analis energi. Ia menambahkan, ada risiko justru OPEC+ memilih kembali menahan pasokan jika surplus kian melebar.

Implikasi terhadap Dolar AS dan Permintaan Minyak

Selain faktor suplai dan geopolitik, sentimen pasar minyak juga dipengaruhi perkembangan ekonomi Amerika Serikat. Data ketenagakerjaan Agustus yang segera dirilis diperkirakan menjadi pertimbangan penting bagi Federal Reserve dalam rapat kebijakan 16–17 September mendatang.

Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga, maka pelemahan dolar AS bisa terjadi. Kondisi itu berpotensi meningkatkan daya tarik komoditas berdenominasi dolar seperti minyak, karena harganya akan relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Namun, untuk jangka pendek, perhatian utama tetap tertuju pada langkah OPEC+ dalam mengelola pasokan. Keputusan yang diambil akhir pekan ini dinilai akan sangat menentukan arah harga minyak global pada bulan Oktober dan seterusnya.

Prospek Harga Minyak ke Depan

Sejumlah analis berpendapat bahwa meskipun harga minyak saat ini melemah, ketidakpastian pasokan akibat konflik Rusia-Ukraina serta dinamika kebijakan dagang AS bisa memicu volatilitas tinggi dalam beberapa minggu ke depan. Jika OPEC+ memilih meningkatkan produksi, tekanan harga mungkin berlanjut. Sebaliknya, jika aliansi justru kembali menahan pasokan, harga minyak berpotensi kembali menguat.

Pasar juga akan terus mencermati kebijakan moneter AS, hubungan dagang dengan India, serta peran Tiongkok sebagai importir terbesar minyak dunia. Semua faktor ini berkelindan, menciptakan lanskap yang kompleks bagi harga minyak dalam waktu dekat.

Dengan kondisi global yang sarat ketidakpastian, investor energi dituntut lebih cermat membaca arah kebijakan OPEC+ sekaligus perkembangan geopolitik internasional. Harga minyak kemungkinan besar tetap berfluktuasi tajam, mencerminkan rapuhnya keseimbangan antara pasokan dan permintaan dunia.

Terkini

Inilah Besaran Gaji Pensiunan PNS 2025, Adakah Kenaikan?

Kamis, 04 September 2025 | 13:05:36 WIB

Begini Cara Mengatasi Hiperinflasi & Faktor Penyebabnya

Kamis, 04 September 2025 | 14:49:36 WIB

Refinancing Adalah: Definisi, Manfaat, dan Tips Melakukannya

Kamis, 04 September 2025 | 11:52:54 WIB

Suku Bunga Acuan BI: Fungsi, Tujuan dan Cara Kerjanya

Kamis, 04 September 2025 | 12:29:43 WIB

Inilah Perbedaan Pajak dan Retribusi Beserta Contohnya

Kamis, 04 September 2025 | 12:35:19 WIB