JAKARTA - Indonesia dan Kanada berkomitmen memperkuat kerja sama dalam upaya transisi energi berkelanjutan, mengambil langkah signifikan menuju masa depan yang lebih hijau. Menyadari urgensi perubahan, kedua negara fokus pada kemitraan strategis yang bertujuan untuk mencapai target nol emisi bersih pada tahun 2060.
Pada Kamis, 13 Februari 2025, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rachmat Pambudy, menyambut kunjungan Menteri Pembangunan Internasional Kanada, Ahmed Hussen, di Gedung Bappenas, Jakarta. Pertemuan tersebut menjadi momentum penting dalam mempertegas komitmen kedua negara untuk transisi energi yang adil dan berkelanjutan.
Dalam pertemuan tersebut, Ahmed Hussen mengumumkan bahwa pemerintah Kanada telah mengalokasikan dana sebesar 91,4 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk mendukung proses transisi energi di Indonesia. Dukungan finansial ini terdiri dari 81,4 juta dolar AS dalam bentuk pinjaman lunak dan 10 juta dolar AS berupa hibah. “Kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan Indonesia dalam upaya ini. Dukungan ini tidak hanya berupa dana, tetapi juga penyampaian pengetahuan dan teknologi canggih dari Kanada,” ujar Hussen.
Rachmat Pambudy mengungkapkan apresiasi mendalam atas dukungan Kanada dalam mewujudkan transisi energi di Indonesia. “Kerja sama ini bukan hanya tentang pendanaan, tetapi juga mengenai berbagi pengetahuan dan teknologi untuk mencapai target net zero emissions pada tahun 2060,” tegas Rachmat Pambudy. Menurutnya, sinergi kuat antara kedua negara akan menjadi pendorong utama dalam memenuhi target iklim sembari memajukan ekonomi berkelanjutan yang inklusif.
Selain fokus pada transisi energi, pemerintah Kanada juga menekankan pentingnya pengelolaan karbon yang efektif dan penguatan rantai pasok mineral kritis, termasuk litium yang esensial dalam industri baterai. Ini merupakan langkah strategis untuk mendukung pengembangan infrastruktur energi terbarukan yang lebih kokoh di Indonesia.
Dalam hal pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM), Bappenas dan Kanada menggali peluang kolaborasi dengan University of British Columbia. Mereka membahas kesinambungan program pelatihan yang mencakup penelitian bersama, pertukaran mahasiswa, serta pengembangan kebijakan berbasis bukti untuk mendukung agenda pembangunan di Indonesia.
Lebih lanjut, Ahmed Hussen juga menyoroti peran penting inovasi dalam mencapai perubahan yang nyata dan berkelanjutan. “Investasi dalam teknologi dan pengembangan SDM merupakan kunci dalam menghadapi tantangan iklim global. Melalui pendidikan dan pelatihan, kita dapat membekali generasi mendatang dengan keterampilan yang diperlukan untuk membuat dampak yang tahan lama,” tambah Hussen.
Komitmen Indonesia dan Kanada dalam mendorong transisi energi ini sejalan dengan agenda global untuk memerangi perubahan iklim. Kerja sama strategis ini diharapkan dapat menjadi model bagi negara-negara lain untuk memperkuat aliansi yang mendukung pencapaian target lingkungan yang ambisius.
Upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM dan teknologi juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih hijau. Dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, Indonesia dapat menuju ke masa depan yang lebih berkelanjutan dan rendah karbon.
Sebagai salah satu langkah konkret untuk mendukung inisiatif ini, Kanada membuka peluang bagi sektor swasta di kedua negara untuk turut serta dalam pengembangan proyek energi terbarukan. Ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru yang berfokus pada pembangunan hijau serta mendorong inovasi dalam sektor energi.
Secara keseluruhan, kolaborasi antara Indonesia dan Kanada mencerminkan komitmen bersama untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dengan solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Dengan perpaduan antara dukungan finansial, teknologi, dan pengembangan kapasitas, hubungan ini diharapkan dapat membawa manfaat jangka panjang bagi kedua negara dan dunia.