Petani

Petani Sukoharjo Kian Kokoh Jadi Penyangga Pangan Berkat Panen Raya

Petani Sukoharjo Kian Kokoh Jadi Penyangga Pangan Berkat Panen Raya
Petani Sukoharjo Kian Kokoh Jadi Penyangga Pangan Berkat Panen Raya

JAKARTA - Kabupaten Sukoharjo di Jawa Tengah kembali menunjukkan perannya sebagai salah satu lumbung pangan penting. Panen raya yang berlangsung tahun ini bukan sekadar menghasilkan produksi melimpah, tetapi juga memberikan keuntungan nyata bagi petani. Dengan produktivitas tinggi hingga mencapai 9,1 ton per hektare dan harga gabah kering panen (GKP) yang stabil di kisaran Rp7.000 hingga Rp7.500 per kilogram, Sukoharjo kian diperhitungkan sebagai daerah penyangga beras utama di Jawa Tengah.

Panen Raya yang Menguntungkan

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Bagas Windaryatno, mengungkapkan bahwa panen kali ini benar-benar menjadi momentum yang membahagiakan bagi petani. “Periode September ini, benar-benar panen raya yang menguntungkan untuk petani Sukoharjo. Sebab selain panen per hektare meningkat, penjualan pun di kisaran Rp7.000 - Rp7.400, atau di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang dipatok Rp6.500,” ujarnya.

Kondisi ini semakin menegaskan bahwa petani tidak hanya memperoleh hasil panen yang lebih baik, tetapi juga harga jual yang mampu memberikan keuntungan signifikan.

Dukungan dari Paguyuban Petani

Hal senada diungkapkan Koordinator Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Irigasi Dam Colo Timur, Sarjanto Jigong. Menurutnya, para petani di wilayahnya sangat menikmati harga GKP yang terus bergerak naik. “Itu pun kata teman-teman petani Dam Colo Timur, harga masih kemungkinan bergerak naik. Tentu ini membuat petani tidak sia-sia selama merawat padi, yang ternyata tidak begitu signifikan diganggu hama,” jelasnya.

Dengan kondisi ini, semangat petani semakin tinggi untuk mengelola sawah secara intensif. Produktivitas yang meningkat menjadi bukti nyata bahwa ketekunan dalam mengelola pertanian berbuah hasil positif.

Sukoharjo sebagai Kota Makmur

Situasi panen yang bagus ini menguatkan kembali julukan Sukoharjo sebagai Kota Makmur. Kabupaten yang memiliki luas wilayah terkecil kedua di Jawa Tengah setelah Kudus tersebut kini semakin diperhitungkan sebagai penyangga utama beras. Menurut Bagas, capaian produksi dan surplus beras dari Sukoharjo berkontribusi besar dalam memperkuat ketahanan pangan daerah.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa realisasi tanam padi dari Oktober 2024 hingga Agustus 2025 mencapai 50.527 hektare. Dari lahan tersebut, produksi padi sepanjang Januari hingga Agustus 2025 berhasil mencapai 214.823 ton.

Produktivitas Tinggi di Desa-Desa

Salah satu contoh nyata keberhasilan ini terlihat di Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari. Pada panen raya, lahan di wilayah ini mampu menghasilkan rata-rata 91,65 kuintal atau sekitar 9,1 ton per hektare. Bagas menilai pencapaian ini sebagai kontribusi yang luar biasa dari lahan sawah teknis.

Peningkatan produktivitas tersebut tidak hanya mencerminkan ketersediaan teknologi dan infrastruktur yang memadai, tetapi juga dedikasi petani yang disiplin dalam menjaga lahan pertanian.

Peran Anggaran Daerah dan Infrastruktur Irigasi

Keberhasilan pertanian di Sukoharjo tidak lepas dari peran pemerintah daerah. Bagas menjelaskan bahwa pengalokasian anggaran APBD sebesar Rp26,6 miliar sangat membantu memaksimalkan sarana budidaya, pembangunan infrastruktur pertanian, hingga pemberdayaan petani.

Selain itu, dukungan dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) melalui rehabilitasi jaringan irigasi senilai Rp31,45 miliar juga terbukti memberi dampak besar. Program ini menyasar 54 titik di 38 desa yang tersebar di sembilan kecamatan, sehingga perawatan padi di lahan sawah teknis bisa lebih optimal.

Dengan adanya irigasi yang baik, petani dapat menjaga keberlanjutan produksi meskipun menghadapi tantangan iklim.

Program Serap Gabah yang Sukses

Tidak berhenti pada peningkatan produksi, Sukoharjo juga mencatatkan capaian tinggi dalam program serap gabah (sergab). Pemkab Sukoharjo bersama Kodim 0726/Sukoharjo dan Bulog Surakarta menjalankan program ini sepanjang 2025. Dari target 8.170 ton gabah dan 4.657 ton beras, realisasi hingga akhir Juli justru melampaui target.

Rinciannya, serap GKP mencapai 14.668 ton atau 179% dari target, sedangkan penyerapan setara beras mencapai 10.144 ton atau 112,5%. Capaian tersebut menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Keberhasilan serap gabah ini memberikan kepastian pasar bagi petani, sehingga mereka lebih termotivasi untuk terus meningkatkan produktivitas.

Sukoharjo dan Ketahanan Pangan Nasional

Pencapaian panen raya yang melimpah, harga gabah yang menguntungkan, serta program serap gabah yang sukses menjadikan Sukoharjo sebagai contoh nyata tata kelola pertanian yang efektif. Kabupaten ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan lokal, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional.

Dengan pengelolaan pertanian yang terintegrasi, dukungan anggaran pemerintah, serta peran aktif petani, Sukoharjo berhasil menegaskan posisinya sebagai lumbung beras yang diperhitungkan.

Panen raya Sukoharjo tahun ini menjadi bukti bahwa sektor pertanian mampu memberikan kesejahteraan nyata bagi petani sekaligus menopang kebutuhan pangan Jawa Tengah. Produktivitas yang tinggi, harga gabah yang stabil di atas HPP, hingga keberhasilan program serap gabah menunjukkan sinergi positif antara petani, pemerintah daerah, dan lembaga terkait.

Sukoharjo kini tidak hanya dikenal sebagai Kota Makmur, tetapi juga sebagai simbol ketahanan pangan yang terus memperkuat peran Jawa Tengah sebagai pusat produksi beras nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index