MINYAK

Strategi Baru OPEC di Tengah Tekanan Pasar Minyak

Strategi Baru OPEC  di Tengah Tekanan Pasar Minyak
Strategi Baru OPEC di Tengah Tekanan Pasar Minyak

JAKARTA - Pasar energi dunia kembali menyoroti langkah-langkah yang akan diambil oleh OPEC+ dalam beberapa bulan mendatang. Kelompok produsen minyak terbesar di dunia ini diperkirakan siap meningkatkan produksi mulai Oktober mendatang. Langkah tersebut menandai perubahan arah kebijakan setelah periode panjang pemangkasan produksi yang bertujuan menjaga keseimbangan harga. Namun, situasi terbaru justru menunjukkan bahwa dinamika pasar global, tekanan politik, hingga sanksi internasional membuat strategi ini tidak bisa lagi berjalan dengan cara lama.

Pergeseran Kebijakan Produksi

Menurut sumber internal OPEC+, kelompok ini kemungkinan menaikkan produksi lebih banyak dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Faktor utamanya adalah penurunan permintaan global yang biasanya terjadi setelah berakhirnya musim berkendara di berbagai negara. Sejak April, OPEC+ telah mulai membalikkan strategi pengurangan produksi dan justru menambah kuota sekitar 2,5 juta barel per hari. Angka ini setara dengan 2,4 persen dari permintaan minyak dunia.

Tujuan penambahan produksi ini tidak hanya untuk mempertahankan pangsa pasar, tetapi juga dipengaruhi oleh tekanan politik, terutama dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia mendorong agar harga minyak bisa turun lebih rendah, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap inflasi dan biaya energi di negaranya.

Dampak terhadap Harga Minyak Dunia

Meski produksi sudah ditingkatkan, harga minyak tidak mengalami penurunan drastis seperti yang diharapkan. Minyak mentah tetap diperdagangkan di kisaran USD66 per barel. Kondisi ini dipicu oleh sanksi Barat terhadap Rusia dan Iran yang mengurangi suplai global, serta mendorong negara lain, seperti Amerika Serikat, meningkatkan produksi mereka.

Artinya, tambahan pasokan dari OPEC+ hanya sedikit mengimbangi pengaruh geopolitik yang saat ini memperketat pasar. Jika tren ini berlanjut, maka keputusan untuk kembali membuka keran produksi bisa menjadi strategi jangka panjang, meskipun risikonya adalah menekan harga lebih rendah di masa depan.

Rencana Penghapusan Pemotongan Lebih Cepat

OPEC+ saat ini masih menerapkan dua lapisan pemotongan produksi: 1,65 juta barel per hari dari delapan negara anggota, serta dua juta barel per hari dari seluruh kelompok hingga akhir 2026. Namun, rencana terbaru menunjukkan pemotongan ini bisa dihentikan lebih cepat dari jadwal semula.

Diskusi internal menyoroti kemungkinan peningkatan produksi bertahap setiap bulan. Dua sumber menyebut kelompok ini telah sepakat secara prinsip untuk menambah pasokan setidaknya 135 ribu barel per hari mulai Oktober. Sementara itu, sumber lain mengungkapkan bahwa angka tersebut bisa lebih besar, yakni antara 200 ribu hingga 350 ribu barel per hari. Sebagai perbandingan, pada pertemuan Agustus lalu, OPEC+ sudah menaikkan produksi sebesar 547 ribu barel per hari untuk bulan September.

Fokus pada Kapasitas Anggota Utama

Kapasitas produksi menjadi tantangan berikutnya. Banyak negara anggota OPEC+ saat ini sudah beroperasi mendekati batas maksimal produksi mereka. Hanya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang masih memiliki ruang untuk menambah pasokan lebih besar ke pasar. Kondisi ini membuat beban penyesuaian kebijakan jatuh pada dua negara tersebut, sementara anggota lain terbatas pada kapasitas yang ada.

Para analis menilai hal ini bisa memunculkan ketidakseimbangan internal. Negara dengan kapasitas lebih besar akan menanggung porsi tambahan produksi, sedangkan negara lain tetap pada level saat ini. Walau begitu, langkah kolektif OPEC+ tetap diperlukan untuk menjaga kredibilitas kelompok dalam mengendalikan pasar.

Dinamika Harga Brent dan Sentimen Pasar

Harga minyak mentah Brent, salah satu acuan utama pasar global, ditutup di level USD65,50 per barel pada akhir pekan lalu. Angka ini turun 2,2 persen, dipengaruhi oleh dua faktor utama: laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat yang lemah, serta ekspektasi kenaikan produksi dari OPEC+.

Meskipun ada tekanan harga, posisi Brent masih lebih tinggi dibandingkan titik terendah tahun ini di sekitar USD58 per barel. Dengan demikian, investor dan pelaku pasar masih melihat ruang volatilitas cukup besar dalam beberapa bulan ke depan, terutama ketika produksi tambahan mulai masuk ke pasar global.

Pertemuan Virtual dan Agenda Strategis

OPEC+ akan menggelar pertemuan virtual untuk memutuskan langkah konkret mereka. Pertemuan ini diharapkan menjadi momen penting dalam mengklarifikasi skema kenaikan produksi serta memastikan koordinasi di antara anggota.

Sejauh ini, rencana mereka menunjukkan pergeseran besar: dari fokus menjaga harga tinggi melalui pemotongan, menuju strategi memperluas pangsa pasar dengan meningkatkan produksi. Pilihan ini tidak lepas dari tekanan eksternal, termasuk kebijakan energi negara-negara Barat yang berusaha mengurangi ketergantungan pada minyak dari Rusia maupun Iran.

Tantangan dan Prospek ke Depan

Langkah OPEC+ jelas bukan tanpa risiko. Menambah produksi ketika permintaan global melemah berpotensi membuat harga jatuh lebih dalam. Namun, jika tidak dilakukan, kelompok ini bisa kehilangan pangsa pasar ke produsen lain seperti Amerika Serikat yang terus meningkatkan output.

Dengan situasi geopolitik yang masih penuh ketidakpastian, OPEC+ berada di persimpangan jalan. Mereka harus menjaga stabilitas harga demi keberlanjutan pendapatan negara anggota, tetapi di sisi lain, harus menyesuaikan diri dengan dinamika pasar dan tekanan politik internasional.

Apapun hasil pertemuan berikutnya, arah kebijakan OPEC+ akan menjadi salah satu faktor penentu utama pergerakan harga energi global dalam beberapa bulan mendatang. Pasar pun menanti, apakah kelompok ini benar-benar siap melepas strategi lama mereka dan memasuki era baru kebijakan produksi minyak.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index