JAKARTA - China bersiap menyelenggarakan parade militer megah di Beijing, menandai peringatan 80 tahun kemenangan dalam Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang dan Perang Dunia Anti-Fasis. Dalam momentum penting ini, Presiden China Xi Jinping mengundang 26 kepala negara dan pemerintahan, termasuk Presiden Indonesia Prabowo Subianto, untuk hadir dan menyaksikan langsung pertunjukan kekuatan militer serta menghormati para pahlawan yang gugur.
“Presiden Xi Jinping mengundang 26 kepala negara dan kepala pemerintahan untuk menghadiri peringatan tersebut, mereka adalah Presiden Rusia Vladimir Putin, Sekretaris Jenderal Partai Buruh Korea Utara Kim Jong Un, Raja Kamboja Norodom Sihamoni, Presiden Vietnam To Lam, Presiden Laos Thongloun Sisoulith, Presiden Indonesia Prabowo Subianto,” ujar Asisten Menteri Luar Negeri China, Hong Lin, dalam konferensi pers di Beijing.
Selain kepala negara, sejumlah perdana menteri, ketua parlemen, serta pemimpin organisasi internasional juga mendapatkan undangan resmi. Hadir antara lain Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Presiden Mongolia Ukhnaagiin Khurelsukh, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev, hingga Pelaksana Tugas Presiden Myanmar Min Aung Hlaing. Kehadiran mereka menunjukkan pentingnya parade ini sebagai momentum diplomatik sekaligus peringatan sejarah yang memiliki resonansi global.
China juga mengundang para mantan pemimpin dunia, seperti mantan Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama, eks Presiden Swiss Ulrich Maurer, mantan Perdana Menteri Belgia Yves Leterme, serta mantan PM Selandia Baru Helen Clark dan John Key. Selain itu, para duta besar asing, atase militer, dan perwakilan organisasi internasional yang berada di China turut hadir untuk mengikuti peringatan ini.
Hong Lin menambahkan bahwa China secara khusus mengundang para sahabat internasional yang pernah berkontribusi dalam Perang Perlawanan Rakyat China Melawan Agresi Jepang beserta keluarga mereka. “Secara keseluruhan, sebanyak 50 orang sahabat internasional dan keluarga mereka dari 14 negara, termasuk Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Kanada, akan hadir dalam perayaan tersebut,” ungkapnya.
Tema parade ini menekankan penghormatan terhadap sejarah dan pahlawan yang gugur, sekaligus menegaskan komitmen terhadap perdamaian dunia. “Rakyat China akan berdiri bersama rakyat di seluruh dunia untuk dengan teguh mempertahankan hasil kemenangan Perang Dunia II, menjaga sistem internasional yang berpusat pada PBB, serta tatanan internasional yang ditegakkan oleh hukum internasional,” jelas Hong Lin.
Dari sisi militer, parade akan menampilkan persenjataan generasi baru, termasuk tank dan pesawat generasi keempat, peralatan nirawak untuk intelijen dan pertahanan, serta rudal canggih, termasuk rudal antikapal hipersonik. Banyak dari peralatan ini akan tampil perdana di depan publik, menunjukkan kemampuan teknologi pertahanan China yang terus berkembang.
Acara ini juga akan menjadi ajang diplomasi multilateral, di mana para pemimpin dunia dapat bertukar pandangan terkait keamanan regional, kerjasama militer, serta isu perdamaian global. Kehadiran pemimpin dari Rusia, Korea Utara, Kamboja, Vietnam, Laos, Indonesia, dan negara-negara lain menegaskan nilai simbolis parade ini sebagai pertemuan diplomatik yang unik di tengah peringatan sejarah.
Selain itu, beberapa tokoh penting dari organisasi internasional juga hadir, termasuk Wakil Sekretaris Jenderal PBB Li Junhua, Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu, Presiden New Development Bank Dilma Rousseff, Presiden Asian Investment Infrastructure Bank Jin Liqun, serta Sekjen Organisasi Kerja Sama Shanghai Nourlan Yermakbayev. Partisipasi mereka menambah dimensi internasional dalam peringatan ini, sekaligus menegaskan peran China dalam kerangka kerja sama global.
Dari perspektif historis, parade ini bukan hanya memperlihatkan kekuatan militer, tetapi juga menjadi sarana edukasi publik mengenai peran China dalam Perang Dunia II. Parade ini mengingatkan masyarakat dunia bahwa kemenangan tersebut dicapai melalui perjuangan panjang rakyat China melawan agresi, dan keberhasilan itu menjadi simbol penting untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas internasional.
Dengan keterlibatan lebih dari 50 kepala negara, mantan pemimpin, pejabat tinggi internasional, serta keluarga pahlawan perang, peringatan ini dipastikan menjadi salah satu acara diplomatik dan militer terbesar yang pernah diselenggarakan di Beijing. Keikutsertaan Presiden Prabowo Subianto dan pemimpin lainnya juga menunjukkan bahwa parade ini memiliki relevansi tidak hanya bagi China, tetapi juga sebagai momentum penguatan hubungan internasional dan diplomasi multilateral.
Parade militer ini akan menampilkan kombinasi antara upacara kenegaraan, pertunjukan militer, dan presentasi teknologi pertahanan mutakhir. Dengan demikian, peringatan ini menggabungkan penghormatan sejarah, demonstrasi kemampuan militer, dan diplomasi internasional dalam satu acara spektakuler yang akan menjadi sorotan dunia.