BMKG

BMKG: Gempa Bitung Sulut Akibat Subduksi Laut Maluku

BMKG: Gempa Bitung Sulut Akibat Subduksi Laut Maluku
BMKG: Gempa Bitung Sulut Akibat Subduksi Laut Maluku

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap aktivitas tektonik di kawasan timur Indonesia. Salah satu fenomena terbaru terjadi di Kota Bitung, Sulawesi Utara, yang mengalami guncangan akibat gempa bumi tektonik. Meski tidak menimbulkan potensi tsunami, peristiwa ini menambah catatan penting mengenai kondisi kegempaan di wilayah yang berada di jalur pertemuan lempeng tektonik aktif tersebut.

Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menguraikan bahwa gempa yang mengguncang kawasan Bitung disebabkan oleh aktivitas subduksi lempeng Laut Maluku. Analisis ini memberikan gambaran leBMKG: Gempa Bitung Sulut Akibat Subduksi Laut Malukubih jelas mengenai bagaimana dinamika geologi memengaruhi kestabilan wilayah Sulawesi Utara yang dikenal rawan gempa.

Penyebab Gempa Menurut BMKG

Daryono menjelaskan, gempa yang terjadi di wilayah Kota Bitung tersebut memiliki mekanisme khas gempa tektonik dangkal. “Memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya subduksi lempeng Laut Maluku,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Lebih lanjut, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh pergerakan naik atau thrust fault. Jenis mekanisme ini umum terjadi di wilayah subduksi, di mana satu lempeng menekan lempeng lainnya sehingga menimbulkan getaran signifikan.

Episenter gempa tercatat berada di koordinat 1,06° LU dan 125,56° BT, tepatnya di laut pada jarak sekitar 64 kilometer arah tenggara Kota Bitung. Gempa tersebut memiliki kedalaman 42 kilometer dengan magnitudo M5,0 setelah dilakukan pembaruan parameter oleh BMKG.

Dampak yang Dirasakan Warga

Gempa yang melanda kawasan Bitung juga dirasakan hingga Manado dengan intensitas III MMI. Skala intensitas ini menunjukkan bahwa guncangan dapat dirasakan nyata di dalam rumah, seakan ada truk besar yang sedang melintas, namun tidak sampai menimbulkan kerusakan serius.

Meskipun tidak merusak secara masif, warga tetap merasakan kepanikan akibat getaran yang muncul tiba-tiba. BMKG mencatat adanya tiga gempa susulan atau aftershock dengan magnitudo terbesar M4,0 setelah peristiwa utama. Keberadaan gempa susulan ini menjadi tanda bahwa aktivitas tektonik masih berlangsung meski energi utama telah dilepaskan.

“Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Manado dan Bitung dengan skala intensitas III MMI,” ujar Daryono menegaskan. Meski demikian, hasil pemodelan menunjukkan gempa tersebut tidak berpotensi memicu tsunami, sehingga masyarakat bisa sedikit lebih tenang meski tetap waspada.

Himbauan BMKG kepada Masyarakat

Setiap kali terjadi gempa, isu dan kabar simpang siur sering beredar di masyarakat. Karena itu, BMKG meminta warga agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Daryono menekankan pentingnya ketenangan masyarakat dalam menyikapi situasi semacam ini.

BMKG juga menghimbau warga agar tidak berada di dekat bangunan yang sudah retak atau rusak akibat gempa, karena kondisi struktur semacam itu bisa membahayakan jika terjadi guncangan susulan. Pemeriksaan bangunan sebelum kembali menempatinya juga sangat dianjurkan.

“Warga diharapkan memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” jelas Daryono.

Himbauan ini bukan tanpa alasan. Sejumlah pengalaman di daerah rawan gempa menunjukkan bahwa korban jiwa sering kali justru disebabkan runtuhnya bangunan yang rapuh, bukan dari guncangan utama itu sendiri.

Gambaran Umum Aktivitas Seismik di Sulawesi Utara

Sulawesi Utara termasuk kawasan dengan tingkat aktivitas tektonik tinggi karena berada di jalur tumbukan antara lempeng Laut Maluku, lempeng Filipina, serta lempeng Eurasia. Pertemuan tiga lempeng besar inilah yang membuat wilayah ini kerap diguncang gempa dengan berbagai magnitudo.

Kondisi geografis inilah yang menjadikan kawasan Bitung dan sekitarnya rawan gempa bumi, baik dangkal maupun dalam. Meski begitu, kesiapan sistem mitigasi dan informasi cepat dari BMKG membantu mengurangi dampak lebih besar yang mungkin terjadi.

Fenomena gempa terbaru ini kembali menjadi pengingat akan pentingnya membangun infrastruktur yang tahan gempa di kawasan rawan. Pemerintah daerah dan masyarakat diimbau meningkatkan kesadaran terhadap mitigasi bencana, termasuk simulasi evakuasi, penyusunan jalur evakuasi, dan pembangunan rumah yang sesuai standar konstruksi tahan gempa.

Gempa bumi yang mengguncang wilayah Bitung, Sulawesi Utara, menegaskan kembali bahwa aktivitas tektonik di kawasan ini masih sangat dinamis. BMKG melalui analisisnya memastikan penyebab gempa berasal dari subduksi lempeng Laut Maluku dengan mekanisme thrust fault.

Dengan magnitudo M5,0, guncangan ini dirasakan cukup kuat di Bitung dan Manado meski tidak menimbulkan tsunami. Adanya beberapa gempa susulan semakin menunjukkan perlunya kewaspadaan masyarakat.

Himbauan BMKG untuk tetap tenang, tidak mudah percaya isu yang beredar, serta memeriksa kondisi bangunan sebelum kembali ditempati menjadi langkah penting dalam meminimalisasi risiko.

Lebih dari sekadar fenomena alam, gempa di Bitung menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat di kawasan rawan bencana. Mitigasi yang baik, bangunan tahan gempa, serta edukasi masyarakat menjadi kunci agar setiap peristiwa gempa dapat dihadapi dengan lebih aman.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index