JAKARTA - Bagi sebagian orang, keengganan memeriksakan kesehatan bukan karena akses atau biaya, melainkan karena rasa takut atau canggung jika harus melakukannya sendirian. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun menjawab tantangan tersebut dengan pendekatan yang lebih humanis dan inklusif: cek kesehatan gratis (CKG) berbasis komunitas.
Melalui program ini, masyarakat kini bisa melakukan pemeriksaan kesehatan bersama rekan komunitasnya, mulai dari kelompok pengajian, klub sepeda, komunitas pekerja, hingga perkantoran. Model ini dinilai efektif meningkatkan partisipasi publik, terutama bagi warga yang ragu atau enggan memeriksakan diri sendiri.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Sri Puji Wahyuni, menjelaskan bahwa pendekatan komunitas memungkinkan kegiatan CKG dilakukan di luar fasilitas kesehatan formal seperti Puskesmas.
“Kami bekerjasama untuk melakukan CKG komunitas di luar Puskesmas. Itu misalnya kita punya di satu kantor, kerja sama dengan Puskesmas atau Dinas Kesehatan nanti kami yang datang,” jelasnya dalam sebuah diskusi publik.
Pendekatan ini memberikan rasa aman dan nyaman, khususnya bagi kelompok warga yang mungkin takut atau malu memeriksakan diri secara individu. Dengan hadir bersama komunitas, proses pemeriksaan menjadi lebih menyenangkan dan tidak mengintimidasi.
“Kalau, misalnya, punya klub sepeda ingin melakukan CKG, bisa kami kerja sama. Layangkan surat ke Puskesmas ataupun ke Dinas Kesehatan nanti kami yang datang. Jadi kalau bersama lebih enggak takut mungkin,” tambah Sri.
Bukan Sekadar Deteksi, Tapi Pencegahan yang Masif
Cek kesehatan gratis yang digelar dalam skema komunitas merupakan bagian dari kebijakan preventif yang diusung pemerintah. Bukan hanya untuk deteksi dini, tetapi juga sebagai upaya menghindari kematian yang sebenarnya bisa dicegah. Pemeriksaan kesehatan bukanlah sesuatu yang dilakukan saat sakit, tetapi sebagai langkah aktif menjaga kualitas hidup.
Program ini sejatinya merupakan evolusi dari Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), yang kemudian dirombak dengan pendekatan lebih sistematis, inklusif, dan digital. Tujuannya adalah memperluas jangkauan pelayanan kesehatan gratis kepada seluruh kelompok masyarakat, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta pun membuka pintu lebar-lebar bagi berbagai entitas, termasuk perusahaan swasta yang memiliki fasilitas kesehatan internal.
“Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga membuka peluang bekerja sama dengan kantor-kantor swasta untuk melaksanakan CKG. Biasanya, kantor-kantor tersebut sudah memiliki klinik dan tim dari Puskesmas dapat membantu dari sisi logistik, pemeriksaan, dan tenaga kesehatan,” ujar Sri.
Integrasi teknologi juga menjadi salah satu kekuatan dari pelaksanaan program ini. Warga yang telah mengunduh aplikasi Satu Sehat dapat langsung melihat hasil pemeriksaan secara digital, tanpa harus menunggu lama atau datang kembali ke fasilitas kesehatan.
“Kalau tadi yang sudah mengunduh aplikasi Satu Sehat, nanti dapat hasil tes dari situ,” tambahnya.
Angka Partisipasi Menjanjikan
Antusiasme warga Jakarta terhadap program ini cukup tinggi. Dalam beberapa bulan pelaksanaan awal, tercatat lebih dari 15.000 warga telah ikut berpartisipasi dalam CKG, sebuah angka yang menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan semakin meningkat.
Sasaran utama CKG adalah penyakit tidak menular, seperti hipertensi, diabetes, kolesterol, stroke, hingga gangguan jantung—semua penyakit yang memiliki dampak besar namun dapat dicegah jika terdeteksi lebih awal.
Data awal menunjukkan bahwa banyak kasus yang ditemukan merupakan kategori penyakit tidak menular. Fakta ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan berkala meskipun tidak ada gejala khusus.
Menuju Jakarta Sehat 2025
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki target ambisius: menjangkau 9,2 juta warga untuk ikut CKG selama tahun 2025. Target ini didorong oleh keyakinan bahwa masyarakat yang sehat adalah fondasi dari pembangunan kota yang berdaya saing dan inklusif.
Langkah-langkah inovatif seperti CKG berbasis komunitas menjadi strategi penting dalam mengejar target tersebut. Pendekatan yang fleksibel, bisa diakses dari mana saja, dan ramah komunitas terbukti lebih efektif dalam menggerakkan partisipasi.
Bagi masyarakat yang ingin mengikuti CKG dalam kelompok atau komunitas, caranya cukup mudah. Ajukan surat permohonan kerja sama ke Puskesmas setempat atau langsung ke Dinas Kesehatan. Tim medis akan datang ke lokasi sesuai jadwal dan melakukan pemeriksaan lengkap secara gratis.
Kesehatan Kolektif: Budaya Baru yang Perlu Didorong
Budaya hidup sehat tidak hanya tentang pilihan individu, tapi juga gerakan kolektif. Melalui CKG komunitas, masyarakat tidak lagi memandang kesehatan sebagai tanggung jawab pribadi semata, melainkan bagian dari solidaritas sosial. Pemeriksaan kesehatan pun tidak lagi menjadi hal menakutkan, melainkan kegiatan positif yang bisa dilakukan bersama-sama.
Lebih dari itu, pendekatan ini mampu menyentuh kelompok masyarakat yang selama ini sulit dijangkau, seperti komunitas informal, pekerja lapangan, atau kelompok rentan yang cenderung enggan datang ke fasilitas kesehatan karena kesibukan atau keterbatasan akses.
Bergerak Bersama untuk Jakarta yang Lebih Sehat
CKG komunitas adalah contoh konkret bagaimana kebijakan kesehatan publik bisa menjadi lebih efektif jika didesain secara partisipatif dan inklusif. Dengan membuka ruang kolaborasi, memanfaatkan teknologi, dan menghormati kebutuhan masyarakat, program ini menjadi lebih dari sekadar layanan—tetapi juga menjadi gerakan bersama menuju masyarakat Jakarta yang sehat dan sadar akan pentingnya pencegahan.
Kini, menjaga kesehatan bukan lagi urusan sendiri. Ajak komunitasmu, kirim surat ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan, dan jadikan pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari gaya hidup sehat yang bisa dinikmati bersama.