JAKARTA - Ketidakpastian global kembali membayangi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal pekan ini. Minimnya katalis positif serta sikap investor yang cenderung wait and see terhadap sejumlah agenda penting menyebabkan indeks bergerak terbatas dan rentan mengalami tekanan.
Data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 0,19 persen dan ditutup di level 6.865,19 pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Secara mingguan, indeks juga mencatat penurunan sebesar 0,47 persen, disertai aksi jual bersih (net sell) dari investor asing yang cukup besar, mencapai Rp2,77 triliun.
Kondisi ini membuat pasar menaruh perhatian ekstra terhadap perkembangan makro dan mikro, termasuk perkembangan negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat serta proses penawaran saham perdana (IPO) sejumlah emiten baru.
Menurut Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan, investor saat ini masih menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai kesepakatan dagang antara kedua negara, serta antisipasi terhadap saham-saham yang baru akan melantai di bursa.
“Pasar masih menantikan kepastian kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat serta proses listing saham-saham baru yang dijadwalkan berlangsung pekan ini,” ujar Valdy dalam riset harian.
Dengan kondisi pasar yang belum menunjukkan arah pasti, Valdy memproyeksikan pergerakan IHSG akan terbatas pada level support 6.800 dan resistance 6.950, dengan pivot berada di level 6.900.
Meski demikian, Valdy tetap memberikan sejumlah rekomendasi saham yang dinilai potensial untuk dipantau oleh investor dalam waktu dekat. Saham-saham tersebut antara lain adalah PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA), PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR), PT Remala Abadi Tbk. (DATA), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI).
Selain dinamika domestik, gejolak eksternal juga menjadi faktor penting yang turut menggerakkan sentimen pasar. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan sejumlah negara mitra kembali menjadi sorotan pelaku pasar menjelang tenggat waktu kebijakan tarif baru yang diberlakukan Presiden Donald Trump.
Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan memperingatkan bahwa kebijakan tersebut berpotensi menekan sektor-sektor ekspor di Indonesia seperti otomotif, tekstil, dan komoditas.
“Jika AS benar-benar menaikkan tarif atau memperketat kebijakan dagangnya, hal ini bisa menekan sektor-sektor yang terpapar ekspor, seperti otomotif, tekstil, atau komoditas tertentu,” kata Felix.
Ia juga menambahkan bahwa kesepakatan dagang antara AS dan Vietnam dapat mengalihkan sebagian arus investasi asing ke negara tersebut karena potensi tarif yang lebih menguntungkan. Namun, Felix tetap menilai Indonesia memiliki keunggulan struktural yang menjanjikan di mata investor jangka panjang.
“Apalagi jika inflasi rendah dan BI membuka ruang pelonggaran suku bunga, hal ini bisa jadi katalis tambahan,” ujarnya, menekankan bahwa faktor domestik seperti kebijakan moneter dan stabilitas ekonomi makro masih berperan sebagai pendukung daya tarik pasar Indonesia.
Sementara itu, aktivitas IPO di pasar modal Indonesia juga sedang menunjukkan geliat yang cukup signifikan. Tercatat ada delapan perusahaan dari berbagai sektor yang memulai masa penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) selama periode satu minggu terakhir.
Delapan perusahaan tersebut mencakup sektor bahan baku, logistik, teknologi, hingga edukasi. Mereka adalah PT Asia Pramulia Tbk. (ASPR), PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN), PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI), PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI), PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK), PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG), dan PT Pancaran Samudera Transport Tbk. (PSAT).
Kehadiran emiten-emiten baru ini diharapkan dapat memberikan dorongan segar bagi IHSG dalam jangka pendek. Namun, investor tetap diminta waspada terhadap potensi koreksi akibat fluktuasi global yang masih tinggi.
Secara teknikal, kondisi pasar tercermin dari pergerakan IHSG yang terpantau masih di zona merah hingga sesi kedua. Pada pukul 10.57 WIB, IHSG mencatat penurunan 0,13 persen atau 8,93 poin menuju level 6.856,25. Sepanjang sesi perdagangan, indeks bergerak di kisaran 6.850 hingga 6.879.
Sedangkan saat pembukaan pasar pada pukul 09.01 WIB, IHSG sudah dibuka melemah 0,14 persen atau 9,43 poin ke level 6.855,75. Saat itu, tercatat 179 saham menguat, 170 melemah, dan 219 stagnan.
Dengan latar belakang kondisi tersebut, pelaku pasar disarankan untuk lebih selektif dalam memilih saham, terutama dengan mempertimbangkan risiko global serta peluang dari saham-saham yang baru melantai di bursa.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi investor untuk memperhatikan analisis teknikal dan fundamental secara mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.