DOKTER

Dokter Tegaskan Seblak Tak Ganggu Kesuburan

Dokter Tegaskan Seblak Tak Ganggu Kesuburan
Dokter Tegaskan Seblak Tak Ganggu Kesuburan

JAKARTA - Di tengah maraknya kampanye hidup sehat dan meningkatnya kesadaran pasangan muda terhadap pentingnya perencanaan kehamilan, muncul berbagai mitos seputar makanan dan kesuburan. Salah satu yang kerap menjadi kambing hitam adalah seblak—makanan khas Sunda berbahan dasar kerupuk basah dan kuah pedas.

Popularitas seblak di kalangan muda membuat makanan ini dikonsumsi secara rutin, bahkan harian oleh sebagian orang. Namun, apakah kebiasaan ini berdampak pada kemampuan untuk memiliki keturunan? Benarkah hobi makan seblak bisa membuat sulit hamil?

Isu ini mendapat sorotan dari kalangan medis, terutama spesialis kebidanan dan kandungan, mengingat infertilitas merupakan salah satu isu kesehatan yang kini semakin banyak dihadapi pasangan usia produktif.

Makan Seblak dan Peluang Hamil: Apa Kata Dokter?

Menjawab keresahan tersebut, dr Boy Abidin, SpOG (K) FER—dokter spesialis kebidanan dan kandungan subspesialis fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi—menegaskan bahwa seblak bukanlah penyebab utama gangguan kesuburan. Menurutnya, konsumsi seblak boleh saja dilakukan, selama dalam batas wajar dan tidak menjadi menu utama setiap hari.

“Seblak boleh, tapi jangan tiap hari. Kalau tidak jadi makanan harian, masih aman. Tapi kalau makanan utama, itu yang baru berpengaruh,” ujarnya.

Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman bahwa bukan makanan tertentu yang menjadi penyebab infertilitas, melainkan pola makan dan gaya hidup secara keseluruhan. Konsumsi seblak yang tinggi akan kandungan garam, lemak, dan bahan tambahan bisa berdampak jika menjadi kebiasaan, namun tidak serta-merta menyebabkan gangguan kesuburan jika hanya dikonsumsi sesekali.

Kesuburan Tak Ditentukan Oleh Satu Jenis Makanan

Lebih lanjut, dr Boy menjelaskan bahwa faktor yang memengaruhi kesuburan sangatlah kompleks. Tidak hanya berkaitan dengan makanan, tetapi juga mencakup keseimbangan hormon, fungsi organ reproduksi, serta faktor psikologis seperti stres.

“Jadi kembali ke pola hidup sehat, artinya gizi tercukupi,” tambahnya.

Dalam konteks ini, yang terpenting adalah pola makan secara keseluruhan: apakah asupan nutrisi seimbang, cukup vitamin, mineral, dan tidak didominasi oleh makanan tinggi kalori namun rendah gizi seperti junk food.

Ketidakseimbangan nutrisi dapat memengaruhi produksi hormon, kualitas sel telur, dan bahkan proses ovulasi. Oleh karena itu, menjaga pola makan sehat dengan variasi makanan bergizi lebih penting ketimbang menyalahkan satu jenis makanan tertentu.

Masalah Kesuburan Tak Hanya Perkara Wanita

Kesalahpahaman lain yang juga masih marak di masyarakat adalah menganggap bahwa kesulitan memiliki keturunan hanya berkaitan dengan kondisi perempuan. Padahal, kenyataannya, laki-laki juga memiliki peran yang sama pentingnya dalam persoalan ini.

“Di lapangan itu paling sering masalah sperma. Kalau ditarik, itu karena suaminya, beban stres tinggi, duduk lama, berpengaruh terhadap sperma,” jelas dr Boy.

Stres berlebih dan gaya hidup sedentari, seperti duduk berjam-jam tanpa aktivitas fisik, dapat berdampak negatif pada kualitas sperma. Kondisi ini banyak ditemui di kalangan pekerja kantoran atau mereka yang memiliki aktivitas minim gerak dalam waktu lama.

Skrining Kesuburan: Perlu Keterlibatan Kedua Pasangan

Dalam menangani kasus infertilitas, langkah awal yang tepat adalah melakukan skrining atau pemeriksaan menyeluruh terhadap kedua belah pihak, bukan hanya perempuan. Pemeriksaan analisis sperma seringkali menjadi titik awal yang direkomendasikan para dokter.

“Konsep kita itu skrining kesuburan. Kita periksa dulu sperma. Kalau bagus, baru cek istrinya,” ungkap dr Boy.

Pemeriksaan sperma bertujuan untuk melihat jumlah, bentuk, serta pergerakan sperma. Jika hasilnya baik, barulah dilanjutkan ke pemeriksaan kondisi reproduksi pada istri. Ini merupakan pendekatan logis dan efisien dalam menemukan sumber permasalahan kesuburan.

Pola Hidup Sehat Jadi Kunci

Dalam dunia medis, infertilitas tidak bisa disederhanakan hanya dengan satu penyebab tunggal. Kombinasi dari gaya hidup tidak sehat, stres, pola makan buruk, hingga gangguan hormonal dapat berkontribusi terhadap kesulitan memiliki keturunan.

Makanan seperti seblak tidak perlu dihindari sepenuhnya. Namun, jika dikonsumsi berlebihan dan menggantikan makanan pokok yang bernutrisi, tentu bisa berdampak pada kesehatan secara keseluruhan, termasuk sistem reproduksi.

“Yang penting adalah bagaimana pola hidup kita secara keseluruhan,” kata dr Boy. “Jika sudah menerapkan pola hidup sehat—dari pola makan, manajemen stres, hingga aktivitas fisik—maka peluang untuk hamil akan jauh lebih besar, dengan catatan tidak ada masalah medis lainnya.”

 Nikmati Seblak, Tapi Bijaklah

Kekhawatiran soal seblak sebagai penyebab sulit hamil memang wajar, terutama di kalangan perempuan muda yang ingin mempersiapkan kehamilan. Namun, berdasarkan penjelasan dari dokter spesialis, hal tersebut tidak berdasar secara medis jika konsumsi dilakukan secara moderat.

Sebaliknya, justru pola makan harian yang tidak seimbang dan gaya hidup pasif menjadi ancaman lebih nyata terhadap kesuburan. Maka, alih-alih menyalahkan makanan tertentu, lebih bijak untuk memperbaiki pola makan, mengelola stres, serta memastikan aktivitas fisik tetap berjalan.

Pasangan yang mengalami kendala dalam memperoleh keturunan sebaiknya berkonsultasi ke dokter kandungan dan menjalani pemeriksaan bersama. Dengan diagnosis yang tepat dan perubahan gaya hidup, peluang untuk memiliki buah hati tetap terbuka lebar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index