BMKG

BMKG Modifikasi Cuaca Cegah Banjir

BMKG Modifikasi Cuaca Cegah Banjir
BMKG Modifikasi Cuaca Cegah Banjir

JAKARTA - Upaya mengantisipasi banjir akibat curah hujan ekstrem terus ditingkatkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Menghadapi kondisi cuaca yang kian tak menentu, lembaga tersebut menerapkan langkah mitigasi yang lebih strategis dengan melakukan operasi modifikasi cuaca di wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Teknologi ini dimanfaatkan guna mengurangi potensi turunnya hujan dalam intensitas tinggi yang bisa memicu genangan dan banjir di kawasan padat penduduk.

Langkah tersebut diambil sebagai bagian dari koordinasi lintas instansi yang melibatkan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengungkapkan bahwa kolaborasi tersebut telah berjalan, dan tim mulai bergerak melakukan operasi modifikasi cuaca di dua provinsi tersebut.

"Kami sudah bekerja sama berkoordinasi dengan Pemda DKI, Jabar dan BNPB, mulai hari ini kita akan melakukan operasi modifikasi cuaca untuk wilayah DKI dan Jabar," ujar Seto.

Meski tidak merinci lokasi sasaran secara spesifik, ia menyampaikan bahwa posko pelaksanaan modifikasi cuaca berada di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Dari posko ini, pesawat-pesawat modifikasi cuaca akan diberangkatkan untuk menaburkan bahan penyemaian awan di wilayah udara tertentu.

"Poskonya ada di Halim Perdana Kusuma, kita berusaha mudah-mudahan hujan yang akan turun pada hari ini dan seterusnya bisa kita kurangi sehingga mengurangi beban teman-teman yang terdampak banjir," tambah Seto.

Langkah ini diambil dengan latar belakang cuaca ekstrem yang melanda kawasan Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir. Hujan dengan intensitas tinggi telah menyebabkan sejumlah wilayah Jakarta tergenang, bahkan banjir belum sepenuhnya surut di beberapa titik.

Plt Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebutkan bahwa wilayah Puncak mengalami hujan ekstrem yang volumenya melebihi 150 mm hanya dalam satu hari. Kondisi ini memperbesar kemungkinan terjadinya limpahan air ke wilayah hilir, seperti Jakarta, melalui sistem aliran sungai dan saluran air.

Tidak hanya di Puncak, hujan sangat lebat juga dilaporkan terjadi di berbagai bagian Jakarta, menyebabkan genangan dan bencana banjir yang berdampak langsung pada aktivitas warga serta transportasi publik. Bencana ini menjadi pengingat bahwa urbanisasi tanpa perencanaan tata ruang yang adaptif terhadap perubahan iklim hanya akan memperburuk dampak bencana hidrometeorologi.

Dalam konteks inilah, modifikasi cuaca menjadi salah satu alat penting dalam strategi mitigasi. Teknologi ini bekerja dengan menyemai awan menggunakan bahan khusus seperti NaCl (garam), yang disemprotkan ke awan-awan pembawa hujan melalui pesawat terbang. Tujuannya adalah mengendalikan proses kondensasi agar hujan turun di lokasi-lokasi tertentu yang aman atau sudah dialokasikan sebagai kawasan penyangga air, bukan di wilayah padat penduduk yang rawan tergenang.

Menurut Seto, efektivitas dari operasi ini sangat tergantung pada kondisi meteorologis di lapangan. Oleh sebab itu, pemantauan terus dilakukan secara real-time untuk memastikan intervensi dilakukan pada waktu dan lokasi yang tepat.

Dukungan dari BNPB dan pemerintah daerah menjadi faktor penting keberhasilan intervensi ini. Selain mempermudah perizinan dan operasional lapangan, kerja sama ini juga memungkinkan pelaksanaan strategi pengurangan risiko bencana secara terpadu—mulai dari hulu hingga hilir.

Dalam jangka panjang, BMKG menilai modifikasi cuaca bukanlah solusi tunggal. Edukasi publik, tata kelola drainase, rehabilitasi daerah aliran sungai, hingga pengelolaan sampah menjadi faktor pendukung penting untuk menjadikan kawasan Jakarta dan sekitarnya lebih tangguh terhadap perubahan cuaca ekstrem.

Namun demikian, penggunaan teknologi modifikasi cuaca sebagai strategi darurat sangat penting, khususnya saat sistem drainase kota belum sepenuhnya optimal dan prediksi cuaca menunjukkan peningkatan curah hujan dalam beberapa waktu ke depan.

Situasi banjir saat ini menjadi peringatan bagi semua pihak mengenai pentingnya kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana yang berulang setiap musim hujan. Dalam kondisi iklim global yang kian tidak menentu, pendekatan proaktif seperti modifikasi cuaca dapat menjadi pilar penting dalam sistem perlindungan masyarakat dan pengurangan kerugian akibat bencana.

Langkah BMKG melakukan modifikasi cuaca ini menandai keseriusan pemerintah dalam mengadopsi pendekatan ilmiah dan teknologi dalam pengelolaan risiko bencana. Dengan pengawasan yang ketat, koordinasi lintas sektor, dan dukungan publik, langkah ini diharapkan tidak hanya mampu mengurangi dampak banjir saat ini, tetapi juga menjadi contoh dari mitigasi berbasis data dan kebijakan yang tanggap terhadap kondisi darurat.

Masyarakat pun diimbau untuk terus mengikuti informasi resmi dari BMKG dan BNPB, serta tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index