JAKARTA - Car Free Night (CFN) di Kota Medan bukan sekadar momen bebas polusi kendaraan, melainkan panggung strategis dimana Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal bangkit dan menunjukan tajinya. Ketika lampu kota mulai padamkan gemerlap kendaraan, ribuan warga Medan membanjiri kawasan Kesawan dan Lapangan Merdeka, bukan hanya untuk menikmati malam tanpa asap, tapi juga untuk mencicipi hasil kerja keras para UMKM binaan Diskop UKM Perindag.
Inisiatif ini digagas Wali Kota Rico Waas sebagai langkah konkret revitalisasi ekonomi dan pariwisata malam kota. Kepala Dinas Koperasi UKM Perindag Kota Medan, Benny Iskandar Nasution, memaparkan data mengejutkan: dari 160 UMKM yang tergabung dalam event pembukaan, terdapat 89 UMKM binaan diskop yang langsung menuai hasil. "Dalam hitungan jam saja, penghasilan mereka sudah mencapai puluhan juta rupiah," ungkapnya bangga.
Mayoritas 89 UMKM binaan tersebut berhasil meraup omzet mencapai Rp?50 juta selama empat jam penyelenggaraan malam bebas kendaraan tersebut. Ini bukan klaim semata, melainkan cermin kerja nyata “keberkahan ekonomi malam” yang dibawa wacana pengembangan UMKM.
Sinergi Hiburan, Budaya, dan UMKM
CFN ini memadukan destinasi seni-budaya dengan gerai kuliner, menciptakan ekosistem ekonomi lokal yang berkelanjutan. Pengunjung bisa menonton pertunjukan budaya, musik lokal, serta menikmati ragam kuliner unik—sebuah kombinasi yang sukses menarik perhatian publik. Benny menekankan, pemerintah kota dengan cermat mengemas malam kota sebagai ajang berkumpul sekaligus peluang usaha, bukan sekadar acara seremonial.
Langkah Strategis untuk Pemerataan Ekonomi
Capaian sukses di kawasan Kesawan dan Lapangan Merdeka menjadi inspirasi untuk memperluas jangkauan CFN di area lain. Wali Kota Rico Waas, melalui Benny, telah memerintahkan identifikasi sejumlah lokasi potensial di Medan untuk terus menggelar event serupa—ini bukan sekadar atraksi, melainkan strategi pembangunan ekonomi berbasis komunitas.
Penguat UMKM Melalui Dukungan Pemerintah
Diskop UKM Perindag Medan memainkan peran vital dalam membina 89 pelaku UMKM agar tampil siap dan profesional pada event besar. Dukungan ini meliputi pendampingan teknis, pelatihan layanan konsumen, higienitas, hingga pengemasan produk. Kolaborasi apik antara pemerintah kota, dinas terkait, serta pelaku lokal tercermin lewat event yang bukan hanya sekadar “malam santai”, tetapi mesin penggerak ekonomi riil.
Efek Berganda: Pariwisata dan Hilirisasi Potensi Lokal
CFN terbukti membawa efek gandengan: selain meningkatkan pendapatan UMKM, event ini juga mendorong aktivitas wisata malam dan mobilitas warga yang rutin hadir. Dengan keramaian ini, sektor transportasi, jasa layanan, hingga homestay atau penginapan kian hidup. Diskop UKM menilai, pola ini menciptakan multiplier effect—UMKM tak hanya kaya omzet, melainkan turut membantu tumbuhnya ekosistem layanan kota.
Menuju Agenda Rutin dan Merata
Kunci keberhasilan CFN ini terletak pada perencanaan jangka panjang: event rutin, lintas lokasi, dan luas cakupan peserta UMKM. Mafia program ini, sesuai perencanaan, akan terus diperluas dengan lokasi-lokasi strategis lain. Kerennya, keberagaman UMKM yang dilibatkan juga mendukung peran seni dan budaya lokal—menjadikannya festival ekonomi malam yang otentik dan merakyat.
Tantangan dan Peluang Berkelanjutan
Tentu saja, menjalankan CFN bukan tanpa tantangan. Kesiapan fasilitas (toilet, keamanan, kebersihan), pengaturan keramaian, dan distribusi pendapatan antar pelaku UMKM menjadi poin penting. Namun, diskop dan Pemko Medan telah menunjukkan komitmen tinggi melalui data keberhasilan awal. Yang menjadi tantangan berikutnya adalah menjadikan CFN sebagai trigger ekonomi malam rutin, bukan acara sesaat.
Akhir Kata: Malam Ekonomi Lokal yang Gemilang
Dari penghasilan puluhan juta rupiah dalam hitungan jam, telah terbukti jelas: UMKM lokal tidak butuh panggung megah, mereka hanya butuh ruang dan kesempatan untuk tampil. Car Free Night Medan telah hadir sebagai ruang itu, menyatukan pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam satu tujuan: membangkitkan ekonomi lokal lewat malam yang lebih manusiawi, kreatif, dan produktif.
Dengan momentum ini, Medan berpotensi menjadi contoh kota lain dalam mengintegrasikan ekonomi kreatif, pariwisata, dan UMKM ke dalam program malam kota yang inklusif. Bukan hanya berhibur, tapi juga berdaya.