BMKG

Gempa Bumi di Tenggara Tutuyan, Sulawesi Utara: BMKG Mengungkap Penyebab dan Dampaknya

Gempa Bumi di Tenggara Tutuyan, Sulawesi Utara: BMKG Mengungkap Penyebab dan Dampaknya
Gempa Bumi di Tenggara Tutuyan, Sulawesi Utara: BMKG Mengungkap Penyebab dan Dampaknya

JAKARTA - Sebuah gempa bumi signifikan mengguncang wilayah tenggara Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, pada Rabu pagi, 26 Februari 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengidentifikasi penyebab gempa sebagai aktivitas subduksi Sangihe, sebuah proses geologi yang melibatkan pergeseran lempeng tektonik.

Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa bumi yang mengguncang wilayah tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal. "Apabila memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi Sangihe," ujar Daryono dalam laporan resmi BMKG yang diterima di Manado pada Rabu.

Menurut analisis mekanisme sumber, gempa bumi ini memiliki pergerakan geser (strike-slip), yang sering terjadi di daerah-daerah dengan aktivitas tektonik tinggi. Guncangan dirasakan di beberapa daerah seperti Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, dan Minahasa Tenggara dengan skala intensitas IV MMI. Skala ini menunjukkan bahwa pada siang hari, gempa dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.

Selain itu, wilayah Manado, Minahasa, Minahasa Utara, Kotamobagu, Gorontalo, Minahasa Selatan, Bitung, dan Gorontalo Utara mengalami guncangan dengan intensitas III MMI. Intensitas ini menggambarkan bahwa getaran gempa dirasakan sangat jelas di dalam rumah, menyerupai getaran yang ditimbulkan oleh truk besar yang berlalu.

Daerah Boalemo, Taliabu, dan Tagulandang juga tidak luput dari efek gempa, mengalami gempa dengan skala II - III MMI. Meskipun getarannya tidak terlalu kuat, namun tetap terasa jelas dalam rumah.

Hingga saat ini, BMKG belum menerima laporan mengenai kerusakan parah akibat gempa, dan berdasarkan hasil pemodelan, gempa ini tidak menimbulkan ancaman tsunami. Namun demikian, BMKG mencatat adanya tujuh aktivitas gempa susulan dengan magnitudo terbesar mencapai 4,9.

Daryono menekankan pentingnya masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. "Saya berharap masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hindarilah berada di dekat bangunan yang retak atau mengalami kerusakan akibat gempa," tambahnya.

BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk memeriksa kondisi bangunan mereka. "Periksalah dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," imbau Daryono.

Untuk informasi lebih lanjut terkait aktivitas gempa dan mitigasinya, warga diimbau untuk hanya mempercayai informasi resmi yang disediakan oleh BMKG melalui kanal komunikasi yang telah terverifikasi.

Pada pukul 05.55.45 WIB, gempa tektonik mengguncang wilayah Tutuyan dengan magnitudo awal tercatat sebesar 6,1. Episenter gempa bumi ini terdeteksi pada koordinat 0,50° LU dan 124,89° BT, tepat di laut dengan jarak 42 kilometer arah tenggara dari Tutuyan pada kedalaman 11 kilometer.

Aktivitas tektonik yang terjadi di wilayah ini kembali mengingatkan warga betapa pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, terutama di daerah yang rawan gempa bumi seperti Sulawesi Utara. BMKG terus mengawasi perkembangan aktivitas seismik di wilayah tersebut dan berkomitmen untuk memberikan informasi terbaru demi keamanan dan keselamatan masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index