NIKEL

Pemerintah Dorong Sindikasi Perbankan Nasional untuk Mendukung Industrialisasi Nikel di Indonesia

Pemerintah Dorong Sindikasi Perbankan Nasional untuk Mendukung Industrialisasi Nikel di Indonesia
Pemerintah Dorong Sindikasi Perbankan Nasional untuk Mendukung Industrialisasi Nikel di Indonesia

JAKARTA - Pemerintah Indonesia terus mengintensifkan upaya hilirisasi sektor pertambangan, khususnya nikel, sebagai bagian dari strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan mencapai 8%. Salah satu langkah penting yang kini tengah diperkuat adalah dukungan perbankan nasional melalui pembiayaan sindikasi untuk proyek-proyek smelter di dalam negeri.

Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang akan berfokus pada sektor hilirisasi mineral, termasuk nikel, serta pengembangan infrastruktur strategis seperti pusat data kecerdasan buatan. Dalam peresmian BPI Danantara pada 24 Februari 2025 di Istana Kepresidenan Jakarta, Prabowo menyampaikan bahwa gelombang pertama investasi dari badan tersebut akan mengalokasikan dana sebesar US$20 miliar untuk sekitar 20 proyek strategis nasional.

"Proyek-proyek yang akan difokuskan antara lain adalah hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, serta pembangunan pusat data kecerdasan buatan dan energi terbarukan," ujar Prabowo Subianto dalam pidatonya. Hal ini menandakan bahwa hilirisasi nikel menjadi prioritas utama bagi pemerintah dalam upaya mendorong industrialisasi yang lebih tinggi di Indonesia.

Smelter Ceria Group: Contoh Kolaborasi dengan Perbankan Nasional

Salah satu contoh nyata dukungan perbankan nasional terhadap hilirisasi nikel adalah proyek smelter yang dijalankan oleh PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group). Fasilitas pemurnian nikel yang berlokasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara ini mendapatkan pendanaan dari sejumlah bank nasional, termasuk PT Bank Mandiri Tbk. Smelter ini menjadi contoh yang diharapkan dapat menginspirasi perusahaan-perusahaan lain untuk menggandeng perbankan dalam mendanai proyek hilirisasi.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyatakan, “Sudah ada smelter nikel milik Ceria Group yang mendapatkan pendanaan dari beberapa bank, termasuk Bank Mandiri. Ini harus menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lainnya untuk melibatkan perbankan dalam pendanaan proyek hilirisasi.”

Pada tahun 2022, Ceria Nugraha Indotama berhasil mendapatkan dukungan pembiayaan melalui sindikasi fasilitas term loan dari sejumlah perbankan, dengan Bank Mandiri sebagai lead bank, yang juga melibatkan Bank Jabar Banten (BJB) dan Bank Sulawesi Selatan Barat (Bank Sulselbar). Total pendanaan yang diperoleh oleh Ceria mencapai US$277,69 juta untuk mendukung pembangunan dan operasional smelter feronikel RKEF di Sulawesi Tenggara.

Kontribusi Smelter Ceria terhadap Perekonomian Nasional

Tidak hanya mendapatkan pendanaan dari perbankan, smelter Ceria Group juga tercatat memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia, terutama dalam sektor pajak dan penerimaan negara. Direktur Operasional PT Ceria Nugraha Indotama, Yusram Rantesalu, mengungkapkan bahwa kontribusi pajak yang disetor perusahaan ke negara telah mengalami kenaikan signifikan, yaitu sebesar 147%, dari Rp150 miliar menjadi lebih dari Rp300 miliar.

“Kontribusi ini menunjukkan peran Ceria dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat lokal. Kami juga bangga bahwa tidak ada lagi tingkat miskin ekstrem di Kecamatan Wolo, di mana kami beroperasi,” ujar Yusram.

Smelter Ceria juga disebutkan berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di sekitar kawasan operasi. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga berkontribusi besar dalam pengelolaan lingkungan, dengan memperhatikan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan industri yang mereka jalankan.

Kerja Sama yang Kian Erat dengan Perbankan

Pada 19 hingga 21 Februari 2025, tim Bank Mandiri mengunjungi lokasi smelter Ceria Group di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dalam rangka observasi perkembangan proyek Smelter Merah Putih. Dalam kunjungan ini, tim Bank Mandiri melihat secara langsung kemajuan proyek smelter dan berbagai fasilitas pendukungnya, termasuk pertambangan dan fasilitas alat berat.

Kunjungan ini juga menjadi momentum penting dalam memperdalam kolaborasi antara Ceria Group dan Bank Mandiri. Perwakilan Bank Mandiri menilai bahwa kerja sama yang telah terjalin selama ini telah berhasil membuka peluang baru dalam mendukung pengembangan industri nikel di Indonesia, serta berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal dan nasional.

"Dengan optimisme yang tinggi, Ceria Group berkomitmen untuk terus berkontribusi bagi kemajuan industri nikel serta perekonomian Indonesia secara keseluruhan," tambah Yusram.

Optimisme untuk Hilirisasi Nikel yang Lebih Cepat

Pemerintah dan perbankan nasional melihat hilirisasi nikel sebagai kunci dalam mempercepat industrialisasi Indonesia. Untuk itu, dukungan pembiayaan dari perbankan akan menjadi faktor penting dalam mewujudkan proyek smelter yang dapat menghasilkan nilai tambah lebih tinggi bagi negara. Melalui sinergi ini, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah, serta meningkatkan kapasitas industri dalam negeri untuk memproduksi produk olahan yang lebih bernilai.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan daya saing global, pemerintah akan terus mendorong implementasi kebijakan yang mendukung hilirisasi, terutama dalam sektor-sektor strategis seperti nikel. Diharapkan, dengan semakin banyaknya perusahaan yang terlibat dalam proyek hilirisasi dan semakin besar kontribusi perbankan nasional, Indonesia dapat mempercepat pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang ambisius pada tahun-tahun mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index