JAKARTA - Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, yang pernah menjadi ikon dan gerbang internasional kebanggaan warga Jawa Tengah, kini hanya melayani penerbangan domestik. Transformasi ini tidak hanya mengubah status bandara tersebut, tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap pelaku bisnis dan ekonomi di sekitar kawasan bandara.
Diresmikan beberapa tahun yang lalu, Bandara Ahmad Yani menghadapi sejumlah rintangan besar sejak awal operasionalnya. Pandemi COVID-19 yang merebak secara global menjadi katalis utama yang memaksa penghentian operasional penerbangan internasional di bandara tersebut. Meski pandemi telah mereda, jumlah penumpang di bandara ini masih jauh dari harapan.
Dampak pada Bisnis di Sekitar Bandara
Pantauan terbaru menunjukkan bahwa aktivitas di Bandara Ahmad Yani Semarang berjalan normal untuk layanan domestik. Namun, sepi pengunjung menjadi pemandangan umum di sebagian besar tenant bisnis di dalam area bandara. Banyak tenant terlihat lengang, dan penjaga toko hanya bisa berharap ada pengunjung yang singgah dan berbelanja.
Adrian, seorang penjaga tenant di bandara, mengeluhkan situasi yang dihadapinya saat ini. "Fasilitas di sini memang lengkap, tapi sepertinya belum ada terobosan dari pihak bandara untuk meningkatkan arus penumpang," ujarnya. Meskipun ada waktu-waktu tertentu ketika bandara tampak ramai, sayangnya, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan peningkatan penjualan di tenant-tenant yang ada.
Sepinya arus penumpang pun tercermin dari banyaknya papan reklame kosong di sekitar bandara. Dari gerbang utama hingga area dalam bandara, media yang biasanya terisi penuh dengan iklan kini tampak tidak terisi. Hal ini menunjukkan penurunan minat dari sektor periklanan untuk berinvestasi di kawasan ini.
"Disini kan sewanya mahal, pemilik reklame dan videotron pasti membayar lebih mahal. Tapi hasilnya gak ada, kan kasihan," keluh seorang pemilik bisnis lokal. Dia berharap pihak bandara dapat memahami situasi ini dan berupaya untuk memulihkan kembali sektor bisnis yang mengalami kemunduran.
Pandangan Pengguna Jasa Bandara
Andi Irawan, seorang calon penumpang dari Jakarta, yang sering menggunakan jasa bandara ini memberikan pandangannya. Ia mengakui bahwa infrastruktur dan fasilitas Bandara Ahmad Yani Semarang sudah mengalami kemajuan yang signifikan. "Dibanding dulu, bandara ini jauh lebih baik dan nyaman. Tapi memang jumlah penumpang sekarang terasa lebih sedikit," katanya.
Banyak penumpang seperti Andi yang menyadari bahwa meskipun fasilitas bandara telah mengalami perbaikan, sepinya aktivitas penerbangan internasional membuat bandara ini tidak seramai bandara-bandara besar lainnya di Indonesia.
Sektor Periklanan yang Meredup
Dalam lingkungan Bandara Ahmad Yani Semarang sendiri terdapat titik baliho reklame dan videotron yang dipegang oleh PT Alumaga, yang telah menjadi pemegang konsesi periklanan sejak 2019. Pada tahun tersebut, bandara ini menyandang status Internasional, sebelum akhirnya berubah menjadi bandara domestik saat ini.
"PT Alumaga masih memegang konsesi periklanan di Bandara A Yani Semarang," ungkap Mahesa, Humas Angkasa Pura saat dikonfirmasi. Menurutnya, perubahan status bandara berdampak langsung pada bisnis periklanan, karena sebelumnya bandara ini memiliki lebih banyak eksposur publik mengingat status internasionalnya.
Harapan untuk Masa Depan
Harapan besar kini ada pada tangan pihak-pihak terkait untuk dapat membuka kembali penerbangan internasional di Bandara Ahmad Yani Semarang. Hal ini diharapkan dapat mendorong kembali arus penumpang dan memberikan dampak positif bagi bisnis yang bergantung pada keramaian bandara.
Pihak manajemen bandara dan pemerintah diharapkan mampu merancang strategi yang inovatif dan efektif untuk memulihkan kembali gerak ekonominya. Penerapan strategi pemasaran yang tepat, penambahan rute penerbangan, dan pengembangan fasilitas wisata di kota Semarang serta sekitarnya juga bisa menjadi solusi untuk menarik minat calon penumpang dan investor.
Waktu masih menjadi saksi, apakah Bandara Ahmad Yani Semarang mampu mengembalikan kejayaannya sebagai gerbang internasional atau harus mempertahankan status sebagai bandara domestik. Kejahilan dan kebijakan strategis sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan ini dan mendorong kebangkitan kembali perekonomian di kawasan sekitar bandara.