JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (BBNI) memperlihatkan kinerja yang tetap solid di tengah dinamika industri perbankan nasional. Laba bersih bank only yang berhasil dicatatkan mencapai Rp11,87 triliun hingga Juli 2025. Meski angka tersebut turun 5,17 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dari Rp12,51 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya, indikator lain menunjukkan tren pertumbuhan yang konsisten.
Penurunan laba tidak serta merta menggambarkan pelemahan kinerja. Justru dari sisi intermediasi, BNI menunjukkan kemampuan menjaga momentum ekspansi kredit serta peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Hal ini menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan kinerja perseroan di tengah persaingan ketat dan kondisi makroekonomi yang masih penuh tantangan.
Kredit Tetap Tumbuh
Salah satu penopang utama kinerja BNI datang dari sisi kredit. Hingga Juli 2025, total kredit yang disalurkan perseroan mencapai Rp763,65 triliun. Angka ini naik 6,26 persen YoY dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di posisi Rp718,66 triliun.
Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa BNI mampu menjaga peran intermediasi dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif, meskipun persaingan perbankan semakin ketat. Kenaikan kredit juga menjadi bukti bahwa kepercayaan masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan BNI masih tinggi.
Sejalan dengan itu, pendapatan bunga BNI meningkat menjadi Rp38,38 triliun, naik 3,59 persen dibandingkan Juli 2024 yang sebesar Rp37,05 triliun. Kenaikan ini menggambarkan adanya kontribusi nyata dari ekspansi kredit.
Namun, perseroan juga harus menghadapi tantangan berupa meningkatnya beban bunga. Hingga Juli 2025, beban bunga tercatat sebesar Rp16,19 triliun, atau naik 8,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp14,87 triliun.
Dengan kondisi tersebut, pendapatan bunga bersih BNI tetap terjaga di kisaran Rp22,19 triliun. Angka ini hanya meningkat tipis 0,08 persen dibandingkan Rp22,17 triliun pada Juli 2024. Walaupun pertumbuhan tipis, stabilitas ini penting untuk menjaga likuiditas serta mendukung penguatan modal di tengah ketidakpastian pasar.
Lonjakan DPK Hampir 20 Persen
Dari sisi penghimpunan dana masyarakat, BNI mencatat pencapaian signifikan. Dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dikumpulkan mencapai Rp880,66 triliun. Komposisi DPK tersebut terdiri atas giro Rp358,42 triliun, tabungan Rp267,29 triliun, dan deposito Rp254,95 triliun.
Capaian ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 19,41 persen secara YoY, dari sebelumnya Rp737,50 triliun. Lonjakan ini menegaskan bahwa kepercayaan nasabah terhadap BNI tetap terjaga, sekaligus memperlihatkan efektivitas strategi perseroan dalam meningkatkan basis dana murah (CASA).
Kenaikan DPK juga memberi ruang bagi BNI untuk memperkuat pembiayaan di masa mendatang. Dengan struktur dana yang lebih sehat, bank memiliki fleksibilitas untuk menjaga biaya dana (cost of fund) tetap kompetitif.
Total Aset Tembus Rp1.167 Triliun
Selain kredit dan DPK, kinerja aset BNI juga menunjukkan pertumbuhan solid. Hingga Juli 2025, total aset perseroan mencapai Rp1.167,31 triliun. Angka ini meningkat 14,41 persen dibandingkan Rp1.020,25 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan aset mencerminkan adanya ekspansi bisnis yang berkelanjutan sekaligus penguatan fundamental bank. Dengan skala aset yang semakin besar, BNI memiliki kapasitas lebih luas untuk mendukung pembiayaan, memperkuat permodalan, serta mengantisipasi risiko-risiko eksternal.
Keseimbangan Kinerja di Tengah Tekanan
Meski laba bersih turun, sejumlah indikator menunjukkan BNI masih mampu menjaga keseimbangan dalam kinerjanya. Pertumbuhan kredit yang konsisten, penghimpunan DPK yang impresif, dan peningkatan aset menjadi bukti bahwa perseroan tidak hanya fokus pada profitabilitas jangka pendek, melainkan juga memperkuat fundamental jangka panjang.
Beban bunga yang meningkat memang menjadi tantangan tersendiri. Namun hal ini juga menandakan adanya dinamika kompetisi antarbank dalam menghimpun dana masyarakat. Dengan basis dana yang terus tumbuh, BNI masih memiliki ruang untuk melakukan efisiensi ke depan.
Selain itu, pendapatan bunga bersih yang stabil memperlihatkan ketahanan BNI dalam menjaga arus pendapatan meskipun ada tekanan biaya. Stabilitas ini menjadi modal penting untuk menopang operasional, mendukung transformasi digital, serta memperluas layanan kepada nasabah.
Optimisme Jangka Panjang
Melihat tren pertumbuhan pada kredit, DPK, dan aset, BNI tetap berada pada jalur positif. Walaupun laba terkoreksi, fondasi yang kuat pada intermediasi dan likuiditas diyakini dapat menjadi modal untuk mempertahankan momentum pertumbuhan di paruh kedua tahun ini.
Dalam konteks makroekonomi, perbankan nasional menghadapi tantangan dari fluktuasi global, perubahan kebijakan moneter, hingga dinamika sektor riil. Namun, BNI yang memiliki basis nasabah luas dan jaringan internasional diharapkan mampu memanfaatkan peluang untuk terus berkembang.
Peningkatan aset serta lonjakan dana masyarakat menjadi bukti nyata bahwa BNI masih dipercaya sebagai salah satu bank utama di Indonesia. Dengan strategi yang berfokus pada efisiensi, digitalisasi, serta penguatan sektor-sektor prioritas, kinerja ke depan dipandang masih akan positif.
Secara keseluruhan, BNI berhasil menunjukkan ketahanan di tengah tekanan laba. Laba bersih memang terkoreksi menjadi Rp11,87 triliun, tetapi pertumbuhan kredit 6,26 persen, kenaikan DPK 19,41 persen, serta peningkatan total aset 14,41 persen menjadi penopang utama yang menjaga fundamental bank tetap kuat.
Kondisi ini menegaskan bahwa kinerja BNI tidak hanya diukur dari laba semata, melainkan juga dari kemampuan menjaga peran intermediasi, memperkuat likuiditas, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Dengan strategi yang tepat, perseroan diyakini mampu menjaga keseimbangan antara profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.