Batik dan Singal, UMKM Lokal Kaltara

Senin, 25 Agustus 2025 | 09:02:19 WIB
Batik dan Singal, UMKM Lokal Kaltara

JAKARTA - Produk lokal yang dihasilkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kalimantan Utara (Kaltara) kian mendapat tempat di hati masyarakat. Dari sekian banyak hasil karya yang ada, batik dan singal menjadi produk yang paling dikenal serta melekat dengan identitas daerah. Dua produk ini bukan hanya bernilai estetika, tetapi juga mampu memperkuat kebanggaan masyarakat terhadap warisan budaya sekaligus mendukung perekonomian lokal.

Anggota DPRD Kaltara, Syamsuddin Arfah, menjadi salah satu tokoh yang konsisten mendukung produk lokal tersebut. Dalam kesempatan berbicara pada sebuah program publik yang digelar Radio Republik Indonesia (RRI) Tarakan bersama Universitas Borneo Tarakan, ia menegaskan pentingnya apresiasi terhadap karya UMKM. Menurutnya, batik dan singal dari Kaltara memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk serupa dari daerah lain.

Syamsuddin bahkan mengaku memiliki koleksi pribadi berupa batik hasil buatan pengrajin lokal. Ia menyebut salah satu batik Tarakan yang dimilikinya masih terawat baik hingga kini meskipun sudah berusia lebih dari lima tahun. “Alhamdulillah, kalau tidak salah 5 tahun yang lalu, batik mas Anto saya memang buatnya bagus. Makanya kondisinya sampai saat ini masih ada, cuma mungkin karena 5 tahun yang lalu agak kekecilan. Tetapi di-update banyaklah dengan batik yang ada sekarang,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa koleksinya tidak hanya berasal dari Tarakan, tetapi juga dari Malinau dan Kabupaten Tana Tidung (KTT). Batik-batik tersebut kerap ia kenakan dalam rapat-rapat resmi. Begitu juga dengan singal, penutup kepala khas Kaltara, yang menurutnya semakin sering dikenakan masyarakat, termasuk pejabat pemerintahan. “Yang terbaru saya diberikan dari batik KTT dan saya juga sudah buat. Itu dipakai setiap rapat-rapat. Singal juga begitu. Bahkan gubernur kita memakai terus. Bukan hanya di Kaltara, kemarin kami ada rapat badan anggaran di Jakarta dan saya lihat seluruh OPD pakai singal yang dari Kaltara,” ujarnya menambahkan.

Dukungan Regulasi dari DPRD

Bukan hanya sebagai pengguna, DPRD Kaltara juga berupaya memperkuat eksistensi produk lokal melalui jalur regulasi. Syamsuddin menjelaskan bahwa lembaganya tengah membahas sejumlah rancangan peraturan daerah (perda) yang diarahkan untuk mendorong penguatan ekonomi. Salah satunya mencakup aspek literasi keuangan dan digital, yang dinilai penting agar pelaku UMKM mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

“Kalau melihat dari aspek DPRD-nya, tentu kita akan berbicara terhadap regulasi dan perda. Saat ini DPRD memang lagi membahas beberapa perda. Salah satu di antaranya dari aspek penguatan ekonomi dan itu dilakukan di komisi dua,” jelas politisi PKS tersebut.

Ia menambahkan, salah satu prioritas regulasi yang tengah digodok adalah perda literasi. Dengan adanya perda tersebut, diharapkan masyarakat dan pelaku UMKM memiliki kemampuan lebih baik dalam mengelola modal, memperluas jaringan, hingga menghadapi tantangan lain yang sering menjadi kendala. “Harapan kita ke depan ada literasi keuangan dan literasi digital. Karena kalau melihat dari aspek kendala UMKM, pasti kendala utamanya modal, dari aspek jaringan dan banyak kendala lainnya,” sambungnya.

Pentingnya Kolaborasi untuk UMKM

Meski regulasi dianggap sebagai pilar utama, Syamsuddin menegaskan bahwa kolaborasi menjadi kunci keberhasilan UMKM lokal. Menurutnya, pemerintah, DPRD, dan masyarakat tidak bisa membiarkan pelaku UMKM berjalan sendiri. Diperlukan sinergi antara berbagai pihak agar produk lokal bisa berkembang lebih jauh, baik di tingkat daerah maupun nasional.

“Kolaborasi ini menjadi penting. Tidak bisa dibiarkan UMKM sendiri. Ibu Hasriyani sebagai dinasnya di Kaltara, pasti juga melakukan hal yang sama. Kebijakan pemerintah juga saya lihat sudah mengarah ke situ. Tidak hanya batik dan singal, tapi juga dari produk makanan, kopi saya lihat juga banyak,” ungkapnya.

Lebih dari Sekadar Produk

Batik dan singal dari Kaltara bukan hanya sekadar komoditas dagang. Keduanya menyimpan nilai budaya, identitas, dan kebanggaan yang bisa diwariskan lintas generasi. Batik dengan corak khas lokal mampu menampilkan identitas daerah, sementara singal menjadi simbol keanggunan sekaligus penegasan jati diri masyarakat Kaltara.

Semakin sering digunakan dalam acara resmi, rapat pemerintahan, hingga kegiatan nasional, batik dan singal membawa pesan bahwa produk UMKM Kaltara memiliki daya saing tinggi. Tak hanya itu, keberadaan produk lokal juga berpotensi menciptakan peluang ekonomi, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Harapan ke Depan

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, baik DPRD, pemerintah daerah, maupun masyarakat, batik dan singal berpeluang untuk terus berkembang. Ke depan, literasi keuangan dan digital diharapkan mampu memperkuat daya saing UMKM agar lebih siap menembus pasar nasional bahkan internasional.

Bagi Syamsuddin, membeli dan menggunakan produk lokal bukan hanya soal pilihan busana atau aksesori, melainkan bentuk nyata dukungan terhadap ekonomi daerah. Kesadaran masyarakat untuk memilih produk UMKM juga akan menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan industri lokal.

Pada akhirnya, batik dan singal dari Kaltara adalah cermin bagaimana warisan budaya bisa berjalan beriringan dengan pembangunan ekonomi. Jika kolaborasi, regulasi, dan apresiasi terus ditingkatkan, maka produk-produk lokal Kaltara tidak hanya akan menjadi kebanggaan masyarakat setempat, tetapi juga dapat menjelma sebagai ikon budaya Indonesia di mata dunia.

Terkini