Koreksi Harga Batu Bara Jadi Ruang untuk Pemulihan

Jumat, 22 Agustus 2025 | 10:17:24 WIB
Koreksi Harga Batu Bara Jadi Ruang untuk Pemulihan

JAKARTA - Harga batu bara global kembali menghadapi tekanan signifikan. Komoditas yang selama ini dikenal sebagai salah satu sumber energi utama dunia kini harus bersaing dengan tren energi baru-terbarukan yang kian masif. Tekanan tersebut terlihat jelas pada perdagangan terakhir, ketika harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan depan ditutup di level US$110,6 per ton, melemah 0,81% dibandingkan hari sebelumnya.

Posisi ini menjadi titik terendah dalam hampir sebulan terakhir, tepatnya sejak 23 Juli lalu. Dengan demikian, harga batu bara kembali ke level termurah dalam kurun waktu hampir empat minggu, menunjukkan bahwa sentimen negatif terhadap si “batu hitam” belum juga mereda.

Faktor Penekan Harga

Penyebab utama pelemahan harga batu bara tidak hanya karena pasokan yang melimpah, tetapi juga semakin kuatnya dorongan global menuju energi ramah lingkungan. Kesadaran masyarakat internasional akan kelestarian alam semakin tinggi, sehingga peran batu bara dalam bauran energi perlahan terpinggirkan.

Australia menjadi contoh nyata dari transisi ini. Sebagai salah satu produsen sekaligus eksportir batu bara terbesar dunia, negara tersebut justru semakin progresif dalam pengembangan energi terbarukan. Data terbaru menunjukkan, Australia berhasil mengurangi risiko blackout skala besar untuk satu dekade ke depan, berkat peningkatan kapasitas energi baru-terbarukan yang cukup signifikan.

Transformasi Energi di Australia

Menurut laporan operator energi Australia, pada tahun fiskal terakhir mereka memasang kapasitas pembangkit listrik berbasis energi terbarukan sebesar 4,4 gigawatt. Tidak berhenti di situ, dalam lima tahun mendatang diperkirakan tambahan kapasitas 5–10 gigawatt akan terpasang.

Jika rencana tersebut terealisasi, maka seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas 11 gigawatt dapat ditutup total pada 2035. Artinya, batu bara yang saat ini masih menjadi sumber energi primer di negeri kanguru perlahan akan digantikan sepenuhnya oleh energi bersih.

Ambisi Australia semakin jelas dengan target yang dicanangkan pada 2030, yakni 82% produksi listrik nasional akan berasal dari energi terbarukan. Langkah ini menambah tekanan pada permintaan batu bara global karena salah satu pemain utama pasarnya tengah menggeser ketergantungan dari bahan bakar fosil.

Analisis Teknis Harga Batu Bara

Pergerakan harga batu bara juga dapat dianalisis dari sisi teknikal. Dengan perspektif harian (daily time frame), saat ini batu bara masih berada di zona bearish. Hal ini terbukti dari nilai Relative Strength Index (RSI) yang berada di level 44. Angka ini berada di bawah ambang batas 50, yang secara teknis mengindikasikan tren bearish.

Meski begitu, ada sinyal kecil yang menunjukkan potensi rebound. Indikator Stochastic RSI sudah berada di level 0, menandakan kondisi sangat jenuh jual (oversold). Dengan kata lain, ada kemungkinan harga mengalami kenaikan dalam waktu dekat, meski sifatnya terbatas.

Target kenaikan terdekat atau resisten berada di level US$111 per ton, yang bertepatan dengan posisi Moving Average (MA) 5. Jika harga mampu menembus level ini, maka terbuka peluang untuk bergerak ke kisaran US$112–113 per ton.

Namun sebaliknya, jika tekanan jual semakin besar, target support terdekat ada di US$108 per ton. Penembusan di bawah titik ini berpotensi membawa harga batu bara turun lebih jauh menuju US$104 per ton.

Pergeseran Sentimen Pasar

Fakta bahwa harga batu bara semakin sulit menguat meskipun sudah berada di area jenuh jual menandakan adanya pergeseran sentimen yang mendasar di pasar energi global. Investor kini tidak hanya mempertimbangkan faktor permintaan dan pasokan jangka pendek, tetapi juga arah kebijakan energi jangka panjang di berbagai negara.

Dengan semakin banyaknya negara yang menetapkan target ambisius pengurangan emisi karbon, batu bara menghadapi tantangan eksistensial. Hal ini kontras dengan beberapa dekade lalu ketika komoditas ini menjadi pilar utama pembangunan industri dan ekonomi global.

Dampak bagi Indonesia dan Pasar Asia

Sebagai salah satu eksportir batu bara terbesar dunia, Indonesia juga tidak terlepas dari dampak tren global ini. Pelemahan harga internasional berpotensi menekan penerimaan negara dari ekspor, sekaligus mendorong industri dalam negeri untuk mulai memikirkan diversifikasi energi.

Pasar Asia, yang selama ini menjadi tujuan utama ekspor batu bara Indonesia, juga semakin agresif mengembangkan energi terbarukan. Jika tren ini berlanjut, permintaan batu bara di kawasan akan mengalami perlambatan yang signifikan dalam beberapa tahun mendatang.

Prospek Jangka Pendek

Meski demikian, dalam jangka pendek harga batu bara masih mungkin bergerak fluktuatif. Faktor teknikal seperti kondisi oversold bisa memicu rebound sesaat. Namun kenaikan diperkirakan terbatas dan tidak akan membawa harga kembali ke tren bullish dalam waktu dekat.

Investor dan pelaku industri energi perlu terus memantau perkembangan transisi energi global, khususnya di negara-negara konsumen utama seperti Tiongkok, India, dan Australia. Perubahan arah kebijakan di negara-negara tersebut akan sangat menentukan nasib batu bara dalam beberapa tahun ke depan.

Pelemahan harga batu bara ke level terendah dalam hampir sebulan terakhir menegaskan tantangan besar yang dihadapi komoditas ini. Pasokan melimpah, meningkatnya kesadaran lingkungan, serta kebijakan energi terbarukan di negara produsen utama menjadi faktor utama yang menekan harga.

Secara teknikal, harga memang berpeluang untuk rebound jangka pendek, tetapi tekanan jangka panjang tetap membayangi. Dengan target ambisius Australia untuk menutup pembangkit batu bara pada 2035 dan menggantinya dengan energi bersih, masa depan batu bara semakin terdesak.

Bagi Indonesia dan negara eksportir lainnya, kondisi ini menjadi pengingat pentingnya mempercepat diversifikasi energi dan mencari alternatif baru agar tidak terlalu bergantung pada si batu hitam yang perlahan kehilangan pamor di kancah global.

Terkini

Tablet Premium, Harga Bersahabat: Xiaomi Pad 7 Pro

Sabtu, 06 September 2025 | 12:20:31 WIB

Xiaomi G24i 2026: Monitor Gaming 200Hz Kini Tersedia

Sabtu, 06 September 2025 | 12:10:33 WIB

Oppo Find X9 Pro: Fotografi Dan Performa

Sabtu, 06 September 2025 | 12:10:32 WIB

Vivo T4R 5G: Layar Terang, Performa Tangguh

Sabtu, 06 September 2025 | 12:10:30 WIB