Peluang dan Tantangan Industri Kaca di Semester II

Jumat, 22 Agustus 2025 | 08:29:16 WIB
Peluang dan Tantangan Industri Kaca di Semester II

JAKARTA - Industri kaca Indonesia memasuki fase yang penuh tantangan. Di satu sisi, pelaku usaha melihat peluang pemulihan pasar dan ekspor, namun di sisi lain mereka masih harus menghadapi kendala pasokan gas yang memengaruhi operasional pabrik. Produsen kaca pun masih berhati-hati menjaga tingkat produksi pasca adanya pemangkasan kuota gas murah untuk industri, sehingga strategi bisnis dan mitigasi risiko menjadi fokus utama.

Tekanan Gas Masih Membayangi Produksi

Ketua Asosiasi Produsen Gelas Kaca Indonesia (APGI), Henry T. Susanto, menjelaskan bahwa tekanan gas ke pabrik anggota APGI sempat menurun drastis. Hal ini menyebabkan pabrik kesulitan mempertahankan temperatur tungku pembakaran yang vital. Menjaga kestabilan suhu tungku penting karena kerusakan pada tungku bisa memakan biaya hingga 50%-70% dari total investasi pabrik kaca.

“Kami tidak bisa berproduksi secara penuh. Hanya mempertahankan tungku pembakaran dan menyalakan sebagian mesin,” kata Henry. Ia menambahkan bahwa pasokan gas yang terbatas turut memengaruhi biaya produksi karena gas menyumbang sekitar 30% dari harga pokok industri gelas kaca.

Data yang disampaikan Henry menunjukkan bahwa pada periode tertentu, rata-rata pasokan gas hanya mencapai 48% dari pemakaian maksimum kontrak bulanan, lalu meningkat bertahap ke 65% dan 70% pada periode berikutnya. Meskipun tekanan gas sudah kembali normal, pemakaian masih dibatasi kuota, sehingga tingkat utilisasi produksi diperkirakan menurun.

Pemulihan Pasokan Gas Secara Bertahap

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Yustinus Gunawan menyatakan bahwa pasokan gas secara umum mulai pulih. Tekanan gas meningkat dari sekitar 5 bar ke level 12 bar, meski belum optimal di angka 15 bar. “Secara teknis, kenaikan bertahap. Semoga dalam beberapa hari ke depan bisa optimal,” ujarnya.

Meski menghadapi kendala operasional, Yustinus menegaskan bahwa industri kaca tetap berupaya memenuhi komitmen kepada pelanggan. “Kami tetap mengupayakan tepat janji, meski berdarah-darah,” tambahnya, menunjukkan tekad pelaku industri untuk mempertahankan produksi di tengah keterbatasan sumber daya.

Menggali Peluang Pemulihan Pasar

Selain menghadapi kendala pasokan gas, pelaku industri kaca juga menatap peluang bisnis di pasar domestik dan ekspor. Yustinus menyebut bahwa outlook pasar pada semester II masih menantang, tetapi industri kaca berusaha bertahan dengan strategi diversifikasi pasar, termasuk mencari celah ekspor ke negara non-tradisional.

“Eropa yang jauh, ongkos logistik mahal dan regulasi ketat, tapi tetap kami coba. Termasuk ke Korea, yang penting tetap bisa produksi, jangan sampai ada pengurangan penyerapan tenaga kerja,” ujar Yustinus.

Dewan Penasehat Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), Putra Narjadin, menambahkan bahwa outlook industri kaca lembaran dan pengaman juga harus dihadapi dengan hati-hati karena tantangan domestik, geopolitik, dan kondisi ekonomi global. Namun, ada sejumlah potensi yang dapat dimanfaatkan.

Potensi Pasar Domestik dan Ekspor

Pertama, proyek infrastruktur domestik dapat mendorong permintaan kaca lembaran untuk konstruksi besar. Putra menjelaskan, stimulus ekonomi dari proyek-proyek pemerintah bisa menjadi pendorong permintaan yang signifikan.

Kedua, diversifikasi pasar ekspor menjadi strategi utama. Produsen kaca dapat menjangkau negara-negara di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa yang tidak terlalu terpengaruh perang dagang atau tarif tinggi dari Amerika Serikat. Langkah ini memungkinkan pelaku usaha mengurangi risiko penurunan permintaan di pasar tradisional.

Ketiga, pengembangan produk kaca bernilai tambah, seperti kaca hemat energi, kaca anti-peluru, atau kaca cerdas, bisa meningkatkan margin keuntungan dan daya saing, terutama saat volume penjualan stagnan atau menurun.

Dukungan Pemerintah dan Harapan Industri

Pelaku industri berharap adanya dukungan proaktif dari pemerintah, seperti penerapan konsisten Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib untuk produk kaca. Dukungan ini dinilai penting untuk melindungi industri domestik dari gejolak pasar dan ketergantungan impor.

Henry menegaskan bahwa masih ada peluang memperbaiki kinerja pada semester II. Penjualan produk kaca seperti botol, glassblock, dan kaca lembaran diperkirakan akan meningkat baik di pasar domestik maupun ekspor. Namun, kekhawatiran utama tetap pada keterbatasan operasional akibat pasokan gas. “Yang kami takutkan produksi tidak bisa memenuhi permintaan dari market karena adanya masalah gas,” tutup Henry.

Terkini