IHSG Ambruk 9,19 Persen pada Awal Perdagangan 8 April 2025, Saham BBRI Cs Terjun Bebas

Selasa, 08 April 2025 | 10:21:02 WIB

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) dikejutkan oleh aksi jual besar-besaran pada pembukaan perdagangan sesi I, Selasa, 8 April 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung longsor tajam hingga 9,19% ke level 5.914,29. Koreksi dalam ini menggambarkan tekanan masif yang melanda pasar modal domestik, terutama saham-saham perbankan papan atas yang menjadi penopang indeks.

Mengacu data perdagangan BEI pagi ini, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) anjlok hingga 14,57%. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga mengalami nasib serupa dengan penurunan 13,46%, sementara saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 12,94%. Selain itu, sebanyak 552 saham terpantau memerah, hanya 9 saham yang bergerak menguat, dan 65 saham lainnya stagnan di posisi sebelumnya.

“Kondisi market sangat tertekan akibat kombinasi faktor eksternal dan domestik. Saham-saham big caps, terutama sektor perbankan, menjadi sasaran utama tekanan jual,” ujar salah satu analis pasar modal, Selasa 8 April 2025.

Gejolak Eksternal dan Sentimen Negatif Tekan Bursa

Tekanan signifikan yang terjadi di lantai bursa tidak lepas dari memburuknya sentimen global. Kekhawatiran investor meningkat seiring ketegangan perdagangan internasional dan tren pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral utama dunia. Sentimen ini memicu pelarian modal asing dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Para pelaku pasar cenderung mengurangi eksposur mereka terhadap aset berisiko, terutama saham-saham sektor perbankan yang selama ini menjadi andalan. Dampaknya, IHSG yang sudah rapuh sejak awal tahun 2025 akhirnya terperosok ke bawah level psikologis 6.000.

“Situasi global yang tidak menentu ditambah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi domestik membuat tekanan jual semakin deras,” ungkap analis tersebut.

BEI Aktifkan Penghentian Sementara Perdagangan Efek

Menyikapi gejolak ekstrem ini, Bursa Efek Indonesia langsung sigap mengambil langkah mitigasi untuk menjaga stabilitas pasar. BEI menerapkan ketentuan penghentian sementara atau trading halt, sesuai dengan kebijakan yang berlaku ketika indeks mengalami penurunan tajam.

BEI menjelaskan bahwa penyesuaian mekanisme penghentian sementara perdagangan efek dilakukan demi melindungi investor dari potensi kerugian yang lebih besar sekaligus memberikan waktu bagi pelaku pasar untuk merespons perkembangan yang terjadi dengan lebih rasional.

"BEI menerapkan ketentuan penghentian sementara pelaksanaan perdagangan efek disesuaikan menjadi sebagai berikut," terang pernyataan resmi Bursa, seperti dikutip dari Investor.id.

Langkah trading halt ini menjadi mekanisme pengaman yang krusial dalam kondisi volatilitas tinggi. Melalui penghentian sementara perdagangan, diharapkan tekanan jual dapat mereda, sehingga memberi kesempatan bagi investor untuk melakukan evaluasi ulang terhadap portofolio mereka.

Saham Perbankan Jadi Pusat Tekanan

Dalam aksi jual besar-besaran ini, saham sektor perbankan menjadi yang paling terpukul. Tidak mengherankan, mengingat sektor perbankan merupakan penyumbang bobot terbesar dalam IHSG. Pelemahan signifikan pada saham BBRI, BMRI, dan BBCA tentu saja memberi kontribusi besar terhadap longsornya indeks.

Saham BBRI, misalnya, harus rela merosot hingga 14,57%, menjadikannya salah satu penyumbang penurunan IHSG terbesar hari ini. Padahal, BBRI selama ini dikenal sebagai saham dengan kapitalisasi pasar jumbo yang sering menjadi andalan investor institusi maupun ritel.

Tidak jauh berbeda, saham Bank Mandiri (BMRI) juga mencatatkan penurunan tajam sebesar 13,46%. Sementara itu, saham BBCA yang merupakan bank swasta terbesar di Indonesia, tertekan hingga 12,94%.

“Pelemahan tajam pada saham-saham perbankan mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan potensi kenaikan risiko kredit,” jelas analis pasar tersebut.

Pasar Saham Global Ikut Bergolak

Gelombang tekanan yang melanda IHSG sejatinya juga dirasakan oleh bursa-bursa utama dunia. Indeks saham global mengalami pelemahan sebagai respons atas meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi global dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Di tengah situasi ini, pelaku pasar di Indonesia harus menghadapi tekanan ganda: dari eksternal maupun internal. Ketidakpastian yang tinggi membuat pelaku pasar cenderung memilih langkah defensif dengan melakukan aksi jual, khususnya pada saham-saham berkapitalisasi besar.

Investor global dan domestik kini tengah menanti kejelasan arah kebijakan moneter dari bank sentral, terutama Federal Reserve (The Fed), serta perkembangan geopolitik yang terus memanas.

Prospek IHSG Selanjutnya

Dengan penurunan signifikan yang terjadi, pertanyaan besar yang kini mengemuka di kalangan pelaku pasar adalah: ke mana arah IHSG selanjutnya? Analis memprediksi, volatilitas pasar masih akan berlanjut dalam waktu dekat seiring tingginya ketidakpastian yang melingkupi pasar keuangan global.

Namun demikian, sejumlah analis juga melihat bahwa pelemahan ini bisa menjadi peluang jangka menengah hingga panjang bagi investor yang memiliki toleransi risiko tinggi. Koreksi dalam ini membuka ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi bertahap, khususnya pada saham-saham berkualitas yang memiliki fundamental kuat.

“Kondisi seperti ini memang menantang, namun bagi investor jangka panjang, koreksi dalam juga bisa menjadi momentum untuk mengakumulasi saham-saham pilihan dengan harga diskon,” tutur seorang analis pasar modal, memberikan pandangannya.

Imbauan kepada Investor

Dalam situasi pasar yang bergejolak, para investor disarankan untuk tetap tenang dan tidak mengambil keputusan secara emosional. Penting untuk terus memantau perkembangan pasar secara cermat dan mempertimbangkan strategi diversifikasi portofolio untuk meminimalisir risiko.

Bagi investor ritel, sangat dianjurkan untuk memanfaatkan layanan edukasi dan konsultasi investasi yang disediakan oleh perusahaan sekuritas, guna memperoleh pandangan yang lebih objektif dan terarah dalam mengambil keputusan investasi.

BEI sendiri juga terus mengimbau para investor untuk bertransaksi secara bijak dan sesuai profil risiko masing-masing. "Kami terus memantau perkembangan pasar dan memastikan bahwa seluruh mekanisme pengamanan berjalan sesuai prosedur untuk menjaga integritas pasar," tegas perwakilan Bursa Efek Indonesia.

Peristiwa longsornya IHSG pada 8 April 2025 menjadi pengingat bagi pelaku pasar akan tingginya risiko di pasar modal, terutama dalam situasi ketidakpastian global seperti saat ini. Meskipun tekanan jual masih tinggi, langkah cepat yang diambil oleh BEI dengan menerapkan trading halt menjadi salah satu upaya menjaga stabilitas pasar dan melindungi kepentingan investor.

Para pelaku pasar kini menanti perkembangan selanjutnya dengan harapan adanya stabilisasi di pasar keuangan. Sementara itu, bagi investor jangka panjang, momen koreksi ini bisa menjadi peluang strategis untuk mengatur ulang portofolio mereka demi potensi pertumbuhan di masa depan.

Terkini