APJII Ungkap Dampak Tarif Timbal Balik AS terhadap Infrastruktur Internet Indonesia: Tak Terlalu Mengkhawatirkan

Selasa, 08 April 2025 | 10:45:11 WIB

JAKARTA - Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memuncak setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan kebijakan tarif timbal balik (reciprocal tariff) terhadap berbagai produk impor, termasuk perangkat teknologi. Namun, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menilai kebijakan tersebut tidak akan langsung berdampak signifikan terhadap infrastruktur internet di Indonesia. Pasalnya, jaringan infrastruktur digital di Tanah Air lebih banyak bergantung pada produk dari Tiongkok dan Eropa ketimbang Amerika Serikat.

Sekretaris Jenderal APJII, Zulfadly Syam, menjelaskan bahwa hingga saat ini, sebagian besar pembangunan infrastruktur internet di Indonesia mengandalkan produk-produk dari Tiongkok. Dengan demikian, kendati AS menetapkan kebijakan tarif timbal balik yang dapat mempengaruhi harga komponen jaringan asal Negeri Paman Sam, Indonesia dinilai masih memiliki alternatif penyedia dari negara lain.

“Dan apabila substitusinya masih ada, seperti dari produk China atau produk Eropa, maka internet Indonesia tidak bergantung pada produk dari AS,” ujar Zulfadly, Senin 7 April 2025.

Infrastruktur Internet Nasional Masih Tangguh

Lebih lanjut, Zulfadly menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur internet di Indonesia selama ini memang tidak bergantung secara dominan pada produk-produk dari Amerika Serikat. Pihaknya menilai, pasar Indonesia cukup terbuka dengan berbagai pilihan vendor internasional, khususnya dari Tiongkok yang dikenal dengan harga kompetitif dan kualitas memadai.

Menurutnya, penyedia layanan internet di Indonesia sangat memperhitungkan aspek efisiensi biaya dan ketersediaan produk. Dalam konteks ini, produk-produk Tiongkok seperti Huawei dan ZTE selama ini menjadi pilihan utama karena mampu menawarkan solusi teknologi yang terjangkau dan mudah diintegrasikan dengan kebutuhan jaringan dalam negeri.

“Sejauh ini, kita masih aman karena kita punya diversifikasi sumber komponen. Jadi, walaupun ada kebijakan dari Amerika Serikat, pengaruhnya terhadap infrastruktur internet kita tidak signifikan,” jelas Zulfadly.

Dampak Tarif Trump Terbatas pada Pasar Global

Sebagaimana diketahui, kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Donald Trump bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri AS dari gempuran produk-produk asing yang dinilai merugikan perekonomian lokal. Namun, kebijakan ini juga berdampak pada meningkatnya harga komponen teknologi bagi negara-negara yang bergantung pada produk AS.

Dalam kasus Indonesia, menurut analisis APJII, sebagian besar perangkat keras jaringan dan komponen infrastruktur lainnya memang sebagian diimpor. Akan tetapi, dominasi produk dari Tiongkok dan negara-negara Eropa membuat dampak dari tarif AS menjadi terbatas.

Zulfadly menggarisbawahi, "Selama ada alternatif produk yang memadai dari negara lain, kita tidak akan mengalami gangguan serius dalam pengadaan perangkat infrastruktur."

Keberlanjutan Ekspansi Jaringan Nasional

Sektor telekomunikasi di Indonesia tengah gencar melakukan ekspansi jaringan guna mendukung transformasi digital nasional. Proyek pembangunan jaringan serat optik, penambahan titik-titik akses Wi-Fi, hingga penguatan jaringan 4G dan persiapan menuju 5G, semuanya berjalan paralel dengan target pemerintah untuk meningkatkan konektivitas hingga ke pelosok negeri.

APJII mencatat, dengan dukungan dari berbagai penyedia global, perkembangan infrastruktur internet di Indonesia relatif stabil. Bahkan, meskipun terjadi fluktuasi harga komponen akibat dinamika geopolitik global, penyedia jasa internet (ISP) di dalam negeri masih mampu menjaga stabilitas layanan.

“Kami tetap optimistis dengan pertumbuhan sektor internet di Indonesia. Kita punya pemasok yang beragam, dan ini jadi keunggulan kita untuk menjaga stabilitas jaringan nasional,” kata Zulfadly menambahkan.

Pemerintah Dorong Kemandirian Teknologi

Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga terus mendorong penguatan industri dalam negeri untuk memproduksi perangkat teknologi secara mandiri. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada impor, termasuk dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat atau Tiongkok.

Dengan demikian, meskipun kebijakan tarif timbal balik dari AS berpotensi memicu lonjakan harga global, Indonesia sudah menyiapkan langkah antisipatif melalui kebijakan penguatan industri lokal dan diversifikasi pemasok.

“Kami menyambut baik upaya pemerintah dalam mendorong kemandirian teknologi nasional. Ini penting untuk menjaga ketahanan infrastruktur digital Indonesia ke depan,” tutur Zulfadly.

Resiliensi Digital Indonesia Diuji

Sejumlah pengamat industri menilai, situasi ini sekaligus menjadi ujian bagi ketahanan digital Indonesia. Dengan terus mengupayakan diversifikasi pemasok serta penguatan produksi dalam negeri, Indonesia diharapkan tidak mudah terguncang oleh dinamika kebijakan luar negeri negara lain.

“Ke depan, yang harus kita lakukan adalah memastikan bahwa Indonesia tidak terlalu bergantung pada satu negara pemasok saja. Diversifikasi dan produksi lokal harus terus didorong,” ungkap seorang analis telekomunikasi nasional.

Analis tersebut menambahkan, jika Indonesia mampu menjaga keseimbangan dalam ekosistem pemasok perangkat infrastruktur internet, maka dampak dari kebijakan seperti tarif timbal balik AS dapat diminimalisir, bahkan diabaikan.

Meski kebijakan tarif timbal balik yang dicanangkan Presiden AS Donald Trump memicu kekhawatiran di banyak negara, Indonesia sejauh ini dinilai aman dari dampak langsung terhadap sektor internet. Infrastruktur digital nasional yang lebih banyak bertumpu pada produk-produk dari Tiongkok dan Eropa membuat Indonesia relatif tangguh dalam menghadapi dinamika global ini.

Dengan diversifikasi pemasok serta dukungan kebijakan pemerintah untuk memperkuat kemandirian teknologi nasional, ekosistem internet Indonesia diprediksi tetap stabil dan berkembang. APJII memastikan bahwa para penyedia layanan internet di dalam negeri tetap mampu menjaga kontinuitas layanan bagi masyarakat, tanpa terpengaruh signifikan oleh kebijakan luar negeri AS.

"Kita tetap waspada, tapi kita juga harus yakin bahwa dengan strategi yang sudah kita jalankan, sektor internet Indonesia akan terus berkembang dan tidak terlalu terdampak oleh kebijakan seperti tarif timbal balik AS," pungkas Zulfadly.

Terkini