Runway Bandara Ngurah Rai Ditutup Selama Dua Jam, 31 Penerbangan Terdampak

Minggu, 09 Maret 2025 | 21:01:12 WIB
Runway Bandara Ngurah Rai Ditutup Selama Dua Jam, 31 Penerbangan Terdampak

JAKARTA - Gangguan operasional di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, yang terjadi pada Sabtu 8 Maret 2025, mengakibatkan penutupan runway selama dua jam dan berimbas pada 31 penerbangan. Insiden ini disebabkan oleh pesawat Airfast dengan nomor registrasi DH PK OAM 6, yang mengalami kendala teknis saat mendarat.

Pesawat tersebut terbang dari Benete, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan seharusnya mendarat dengan lancar di Bandara Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung. Namun, pada pukul 09.26 Wita, pesawat mengalami masalah teknis yang memaksa kru penerbangan dan otoritas bandara untuk mengambil langkah-langkah penanganan darurat.

"Pesawat sempat tertahan di runway, sehingga demi keselamatan dan keamanan operasional, kami terpaksa menutup runway sementara waktu," tutur Ahmad Syaugi Shahab, General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Langkah penutupan runway ini diatur oleh NOTAM Nomor A0668/25 NOTAMN, yang menyatakan bahwa runway tidak dapat digunakan untuk pendaratan maupun lepas landas mulai pukul 10.15 hingga 12.10 Wita.

Sebanyak tujuh penumpang di pesawat Airfast berhasil dievakuasi dengan selamat, tanpa cedera serius. "Hal ini dilakukan untuk mengevakuasi penumpang dan pesawat ke apron, serta memastikan tidak ada objek asing yang tertinggal di runway," tambah Ahmad Syaugi.

Dampak dari insiden ini meluas kepada 10 penerbangan keberangkatan yang mengalami penundaan, terdiri dari lima penerbangan domestik dan lima internasional. Selain itu, 21 penerbangan kedatangan juga terkena dampaknya, dengan sembilan penerbangan domestik dan 12 penerbangan internasional terdampak. Beberapa penerbangan dialihkan ke bandara lain, seperti Lombok, Surabaya, Makassar, Semarang, Jakarta, dan Banyuwangi.

Lebih lanjut, tiga penerbangan harus kembali ke bandara asal, atau yang dikenal dengan istilah Return to Base (RTB). Keputusan ini dibuat untuk mencegah penumpukan lalu lintas udara di sekitar Bandara Ngurah Rai sementara proses penanganan teknis pada pesawat Airfast berlangsung.

"Setelah proses penanganan selesai, operasional di Bandara Ngurah Rai kembali normal. Penyisiran runway dilakukan untuk memastikan tidak ada objek asing yang tertinggal," jelas Ahmad Syaugi. Proses evakuasi pesawat yang tertahan dilaksanakan sesuai prosedur dengan menggunakan peralatan lifting bag atau salvage equipment.

Runway dibuka kembali pada pukul 13.06 Wita, dengan pesawat Singapore Airlines SQ938 sebagai penerbangan pertama yang mendarat setelah insiden tersebut. Pesawat tersebut tiba pada pukul 13.10 Wita, lebih lambat dari jadwal semula yang seharusnya pukul 11.50 Wita. Sementara itu, penerbangan pertama yang berangkat setelah runway dibuka adalah Aero India menuju Delhi pada pukul 13.23 Wita, juga mengalami penundaan sekitar dua jam dari jadwal semula pukul 10.35 Wita.

Ahmad Syaugi menegaskan bahwa operasional di Bandara Ngurah Rai sudah kembali normal, dengan jadwal penerbangan yang terdampak disesuaikan. Rata-rata, penerbangan yang tertunda mengalami penundaan sekitar 2 hingga 3,5 jam. "Kami telah berkoordinasi dengan maskapai dan penumpang yang terdampak agar proses penjadwalan ulang berlangsung lancar," pungkasnya.

Insiden ini memberikan pelajaran penting tentang kesiapsiagaan dan tanggap darurat di bandara, sekaligus menyoroti pentingnya koordinasi antara otoritas bandara, maskapai penerbangan, dan penumpang dalam situasi yang tidak terduga. Meskipun insiden teknis tidak dapat sepenuhnya dihindari, respon cepat dan tepat dapat meminimalkan dampak buruk serta menjaga keselamatan para pengguna jasa bandara.

Terkini