Bank Permata Perkuat Manajemen Risiko dan Literasi Keuangan di Tengah Gejolak Ekonomi Global

Minggu, 09 Maret 2025 | 17:39:33 WIB
Bank Permata Perkuat Manajemen Risiko dan Literasi Keuangan di Tengah Gejolak Ekonomi Global

Jakarta - Meskipun tantangan ekonomi global terus menghantui, Bank Permata tetap optimis dan mencatatkan pertumbuhan positif sepanjang tahun 2024. Pada kesempatan "Permata Bank Public Expose 2025" pada Jumat 7 Maret 2025 di Jakarta, bank ini menegaskan komitmennya dalam memperkuat manajemen risiko dan meningkatkan literasi keuangan di kalangan nasabah untuk menghadapi tantangan tahun 2025.

Pertumbuhan Kredit dan Laba

Bank Permata menunjukkan kinerja yang mengesankan dengan penyaluran kredit yang meningkat sebesar 8,9 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 154,9 triliun pada akhir 2024. Total aset bank ini mencapai Rp 259,1 triliun, mengalami peningkatan hampir 1 persen YoY. “Dalam pengelolaan aset, kami terus menjalankan prinsip kehati-hatian mengingat masih adanya potensi ketidakpastian ekonomi global dan potensi risiko kredit,” ujar Rudy Basyir Ahmad, Direktur Keuangan dan Unit Usaha Syariah Bank Permata.

Bank ini juga berhasil membukukan pendapatan operasional sebelum provisi (PPOP) sebesar Rp 6,1 triliun, meningkat 3,7 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan strategi bisnis berkelanjutan dan digitalisasi, Bank Permata mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 3,6 triliun pada 2024, yang berarti peningkatan 38 persen YoY.

Fokus pada Manajemen Risiko

Direktur Utama Bank Permata, Meliza M Rusli, menekankan pentingnya prinsip kehati-hatian dalam manajemen risiko, terutama di tengah situasi geopolitik yang menantang. “Kami tidak hanya menyalurkan produk-produk, tetapi juga memberikan edukasi bagaimana nasabah memilih produk sesuai keuangan individu. Jadi, dari sisi penyaluran kredit ke korporasi, kami menjaga manajemen risiko. Kemudian untuk nasabah individu, kami meningkatkan literasi keuangan,” jelas Meliza.

Dalam upaya memperkuat manajemen risiko, Bank Permata juga aktif memberikan edukasi kepada nasabah melalui peningkatan literasi keuangan. Langkah ini dianggap penting untuk memastikan nasabah memahami produk keuangan yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tren dan Proyeksi Ekonomi

Josua Pardede, Chief Economist Bank Permata, mencatat adanya tren penurunan daya beli masyarakat selama lima tahun terakhir akibat perlambatan pendapatan riil. Namun, ia optimis bahwa langkah pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja di sektor formal dan pemberlakuan insentif seperti diskon listrik dapat membantu situasi ini.

“Proyeksi pertumbuhan kredit dari Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia masih tetap stabil di kisaran 9-11 persen, ini sejalan dengan proyeksi kami. Pertumbuhan kredit tahun ini akan dipengaruhi oleh kinerja perekonomian,” ujar Josua. Meskipun sektor formal tengah menghadapi tantangan, sektor korporasi diperkirakan masih akan tetap kuat, didukung oleh proyek-proyek prioritas pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan sektor perumahan.

Modal Positif dan Faktor Pendorong

Kendati ada tantangan ekonomi global, kondisi domestik tetap menunjukkan resiliensi yang bisa menjadi modal positif bagi pertumbuhan kredit. Sektor perbankan terus mengadopsi prinsip kehati-hatian untuk memastikan kualitas kredit terjaga. "Jika suatu sektor terindikasi mulai melambat, perbankan akan melakukan diversifikasi di sektor-sektor lain yang masih prospektif," tambah Meliza.

Selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri, konsumsi masyarakat biasanya meningkat signifikan, menjadi salah satu faktor yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit tahun ini. Permata Institute for Economic Research (PIER) memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh sedikit di atas 5 persen, didukung oleh stabilitas nilai tukar rupiah, kebijakan pemerintah yang efektif, dan peningkatan investasi domestik.

Terkini