JAKARTA - Dalam langkah monumental menuju swasembada pangan Indonesia, Petrokimia Gresik, perusahaan terkemuka dalam Solusi Agroindustri dan bagian dari holding Pupuk Indonesia, menegaskan komitmennya terhadap efisiensi logistik pupuk melalui penerapan konsep Green Port. Melalui Terminal Untuk Pelabuhan Sendiri (TUKS), konsep ini dirancang untuk menciptakan sistem distribusi pupuk yang lebih efisien dan ramah lingkungan, sejalan dengan misi nasional untuk mencapai ketahanan pangan.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, saat menjadi narasumber di acara “Green Port Award System 2024” yang digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan di Jakarta, Rabu (26/2/2025). Dwi Satriyo menekankan pentingnya penerapan Green Port untuk memenuhi amanah pemerintah dalam penyaluran pupuk bersubsidi ke seluruh pelosok negeri, termasuk daerah-daerah yang hanya dapat dijangkau melalui jalur laut.
"Penerapan Green Port bukan sekadar inovasi, melainkan kebutuhan bagi Petrokimia Gresik. Ini vital untuk kelancaran distribusi pupuk dalam mendukung swasembada pangan," ujar Dwi Satriyo. "Aktivitas kami di pelabuhan melibatkan distribusi antarpulau dan antarnegara, mengingat sejumlah besar bahan baku masih harus diimpor."
Konsep Green Port yang diusung membuat proses kepelabuhanan lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Hal ini mengarah pada pengoptimalan Program Pengurangan Biaya yang telah dilaksanakan perusahaan selama ini. Implementasi Green Port berkontribusi pada efisiensi dalam proses bongkar muat hingga mencapai Rp37 miliar setahun, serta penghematan biaya konsumsi energi sebesar Rp1,6 miliar.
Prestasi ini tak hanya membawa keuntungan finansial bagi perusahaan, tetapi juga penghargaan bergengsi dari berbagai pemangku kepentingan. Di tahun 2022, Pelabuhan Petrokimia Gresik dinobatkan sebagai Pelabuhan Hijau Terbaik se-Indonesia. Selanjutnya, pada 2023, menjadi pelabuhan pertama di tanah air yang memperoleh penghargaan Green Port Award System (GPAS) dari APEC Port Service Network (APSN). Capaian ini juga sejalan dengan diraihnya Proper Emas, penghargaan tertinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup selama empat tahun berturut-turut.
"Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa transformasi menuju pelabuhan ramah lingkungan dapat berjalan seiring dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas," lanjut Dwi Satriyo.
Pada dasarnya, penerapan Green Port oleh Petrokimia Gresik dimungkinkan melalui pengembangan ekosistem digital yang kokoh. Beberapa teknologi digital yang diterapkan di pelabuhan termasuk Petroport untuk pengawasan, pencatatan, pelaporan, dan pemberian rekomendasi keputusan secara digital. Juga ada sistem seperti Petrostar (sistem kepegawaian), POIN (pencatatan pendapatan pelabuhan), dan E-Posh (manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3).
Selanjutnya, AI CCTV diterapkan untuk mengawasi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh personil, dan Promize digunakan untuk memantau serta mengendalikan proyek jasa pihak ketiga.
Inisiatif Green Port diperluas dengan program dekarbonisasi seperti penggunaan kendaraan listrik, instalasi solar panel, dan pengalihan bahan bakar batubara ke gas alam. Petrokimia Gresik juga fokus pada pengelolaan lingkungan dengan fasilitas pengolahan sampah, yang diantaranya dapat mengubah sampah plastik menjadi paving block dan limbah organik menjadi kompos. Langkah konservasi lain termasuk penanaman mangrove yang signifikan.
Kualitas lingkungan di sekitar pelabuhan ditingkatkan melalui pengurangan limbah cair, sampah domestik, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), serta pengurangan kebisingan dan emisi gas rumah kaca.
“Penerapan Green Port tidak hanya menjaga lingkungan sekitar perusahaan dari pencemaran, tetapi juga meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak,” pungkas Dwi Satriyo.
Dengan aplikasi komprehensif dari konsep Green Port, Petrokimia Gresik memposisikan diri sebagai pelopor dalam pengelolaan pelabuhan yang ramah lingkungan, sambil tetap berkomitmen pada efisiensi dan keberlanjutan. Inisiatif ini tidak hanya mendukung tujuan pemerintah untuk swasembada pangan, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di panggung global dalam praktik pelabuhan hijau.