Prabowo Subianto Luncurkan Danantara, Mewujudkan Gagasan Orang Tua dalam Pengelolaan Investasi Nasional

Kamis, 27 Februari 2025 | 14:20:27 WIB
Prabowo Subianto Luncurkan Danantara, Mewujudkan Gagasan Orang Tua dalam Pengelolaan Investasi Nasional

JAKARTA - Pada 24 Februari 2025, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara, sebuah badan yang diharapkan menjadi katalisator penting dalam pengelolaan investasi negara. Danantara diklaim sebagai salah satu sovereign wealth fund (SWF) terbesar di dunia, dengan aset mencapai lebih dari US$ 900 miliar.

Peluncuran Danantara ini tidak hanya menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia, tetapi juga mencerminkan keberlanjutan dari ide yang digagas oleh orang tua Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, seorang tokoh ekonomi Indonesia yang juga mantan Menteri Keuangan. Gagasan Sumitro tentang pembentukan lembaga pengelola investasi negara telah diwujudkan hampir tiga dekade kemudian melalui Danantara.

Gagasan dari Orang Tua yang Kini Menjadi Kenyataan

Adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, yang juga turut berperan dalam pembentukan Danantara, mengungkapkan bahwa proyek besar ini merupakan sebuah realisasi dari ide orang tua mereka. Dalam sebuah acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025 di Hotel Westin Jakarta, Rabu (26/2/2025), Hashim menyatakan bahwa Prabowo merasa sangat emosional dengan peluncuran Danantara, karena ini adalah wujud dari harapan dan perjuangan orang tua mereka untuk memajukan perekonomian Indonesia.

"Pak Prabowo sangat emosional, ini kejadian emosional bagi beliau. Bagi saya juga Danantara ini gagasan dari orang tua kami," ujar Hashim Djojohadikusumo dalam acara tersebut. Kata-kata Hashim menegaskan bahwa peluncuran Danantara bukan hanya sebagai proyek besar, tetapi juga sebagai penghormatan terhadap pemikiran visioner Sumitro yang ingin mengelola dana negara secara berkelanjutan.

Sumitro Djojohadikusumo dan Gagasan Pembentukan Lembaga Pengelola Investasi

Sumitro Djojohadikusumo, yang merupakan ekonom ternama, pertama kali mencetuskan gagasan mengenai badan khusus pengelola investasi pada tahun 1996. Dalam sebuah wawancara dengan Suara Karya (17 Desember 1996), Sumitro mengusulkan bahwa pemerintah Indonesia perlu segera membentuk sebuah lembaga yang berfungsi untuk menampung dan mengelola dana hasil penyisihan laba dari BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Tujuannya adalah untuk mencegah swastanisasi BUMN yang dapat memperkuat dominasi konglomerat dalam perekonomian Indonesia.

Sumitro mengusulkan bahwa dana yang terkumpul dari lembaga ini harus digunakan untuk investasi pada berbagai sektor penting, seperti koperasi, usaha kecil, dan pengembangan sosial-ekonomi yang lebih merata. Ia juga menekankan agar lembaga tersebut dikelola secara mandiri, tetap mengikuti aturan lembaga keuangan, dan diawasi oleh dewan yang terdiri dari para ahli keuangan, moneter, serta sektor koperasi dan produksi.

Namun, meskipun gagasan ini mendapat apresiasi dari beberapa pihak, termasuk Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Subiakto Tjakrawedaya, dan ekonom J.B. Sumarlin, ide tersebut tidak kunjung diwujudkan oleh pemerintah Soeharto pada saat itu. Proyeksi ekonomi yang dikeluarkan oleh Sumitro juga salah, karena Indonesia pada tahun 1997 justru dilanda krisis ekonomi yang menghancurkan fondasi perekonomian nasional.

Danantara: Wujudkan Mimpi yang Tertunda

Setelah hampir tiga dekade, ide yang digagas oleh Sumitro akhirnya terwujud melalui Danantara. Meskipun konsepnya tidak sepenuhnya sama, karena Danantara kini juga mencakup investasi di sektor-sektor strategis seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, dan produksi pangan, namun inti dari gagasan tersebut tetap terjaga: memanfaatkan dana negara untuk pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.

Prabowo Subianto, sebagai Presiden Republik Indonesia, melalui Danantara berharap untuk membawa Indonesia menuju jalur pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Danantara dirancang untuk mendanai proyek-proyek besar yang memiliki dampak positif jangka panjang bagi masyarakat Indonesia. Salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi ketimpangan ekonomi yang masih menjadi tantangan besar bagi negara.

Danantara sebagai Pelopor Investasi Berkelanjutan

Sebagai lembaga pengelola investasi terbesar di Indonesia, Danantara tidak hanya berfokus pada pengelolaan dana dari BUMN, tetapi juga pada investasi jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa sektor yang menjadi prioritas investasi Danantara antara lain energi terbarukan, pengembangan industri canggih, dan proyek-proyek yang mendukung kemandirian pangan.

Prabowo Subianto berharap Danantara dapat membantu Indonesia dalam memperkuat daya saingnya di pasar global. Dalam sambutannya pada acara peluncuran Danantara, Prabowo menegaskan bahwa lembaga ini akan menjadi instrumen penting dalam memperkuat perekonomian nasional dan membuka peluang investasi yang lebih luas.

Dampak Positif bagi Perekonomian Indonesia

Dengan aset lebih dari US$ 900 miliar, Danantara diharapkan dapat mendatangkan investasi besar yang akan mempercepat pembangunan infrastruktur dan sektor-sektor penting lainnya di Indonesia. Selain itu, melalui pengelolaan investasi yang efisien, Danantara diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh lapisan masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi.

Terkini